Antara Levian dengan Devian

1K 54 0
                                    

   "K-kenapa?" tanyaku gugup saking herannya.

Kakakku langsung berlari dan memelukku erat. Sangat erat. Sampai susah untuk bernafas. Dia memelukku sambil menyeretku ke kamarnya. Bingung, 'kan?

   "KENAPA LO BISA BARENG DIAAA?! JANGAN REBUT DIA, PLEASE!" pekik kakakku, Melita. Suaranya kwurang keras, kok.

   "Apaan? Lev? Dia temen gue, kak Melitaaa" kataku.

   "Hah? Serius, lo? Itu... gebetan... g-gue, Vy.." lirihnya dengan senyum paksaan, plus air matanya yang kuyakini mati-matian ditahan depan adiknya ini.

Aku tersenyum penuh kemenangan, lalu segera mengeluarkan ponselku.

   "Nih, lo liat sendiri" ucapku sambil menunjukkan foto Lev dan Dev yang memang terlampau mirip itu.

   "Kok.. orangnya dua?" tanya kakakku.

   "Yah, bener. Dua orang yang berbeda. Secara fisik mereka identik, tapi sifatnya beuh jauh banget!" jelasku. "Yang lo liat di book store entah kapan itu, adalah kakak orang yang nganterin gue. Lagian lo bukannya udah pernah liat yang nganter gue itu, ya?" tanyaku heran.

   "Pas pertama kali itu cowok nganterin lo, gue ga ngeliat jelas."

   "Nah, yang nganter gue namanya Levian, temen gue. Sedangkan yang lo liat di book store adalah kakaknya Levian, yaitu Devian. Gue udah berhasil nemuin siapa calon gebetan lo itu, jadi lo ga perlu bacot ke nyokap kita soal gue dianter pulang, oke?" jelasku.

Kak Melita hanya manggut-manggut, lalu berjingkrak kegirangan. Ya ampun, lebay banget nih manusia.

   "Deviaaannn!!!" teriaknya, lalu melompat ke kasur.

Aku hanya menaikkan sebelah alis saat melihatnya, lalu kembali ke kamarku, dan tertidur pulas.

***

   "Kakak, bangun...", ucap suara manis itu.

   "Kak, bangun!" ucap suara itu yang kedua kalinya.

   "Kakak bangun!" teriak suara itu naik tiga oktaf. Pemilik suara itu menampar wajahku.

   "Kenapa?" tanyaku sambil mengucek mataku beberapa kali. "Pake tabok-tabok segala, sih.." sambungku lalu menguap.

   "Abisan aku bangunin ga mau bangun. Nyebelin!" pekik adikku yang bawel ini, Helen.

   "Iya, iya. Nih liat, bangun nih!" ujarku sedikit geram sambil berusaha bangkit dari ranjang dan meraih kaca mataku.

Helen langsung ngibrit begitu saja saat aku sidah berdiri. Mungkin dia takut kena setilan dariku, ya.

Aku segera mengganti pakaianku yang belum diganti sejak kejadian kak Melita teriak histeris. Setelah itu, aku turun ke lantai bawah untuk ikut serta makan malam dengan keluargaku.

Kak Melita memandangku dengan cengiran lebar entah apa itu maksudnya. Aku menggelengkan kepalaku.

   "Jatuh cinta sih jatuh cinta. Jangan nyengir kek orang gila juga, Mel" ucapku sedikit jengkel.

Kak Melita langsung melotot, memberikanku isyarat supaya aku ga ngomong-ngomong ke yang lain.

Aku hanya tertawa kecil. Mana mungkin aku bilang ke orang tuaku kalau si Melita punya gebetan namanya Devian. Cowok sok dingin itu. Kalau aku bilangin, dia juga pasti bilang juga deh soal aku dianter pulang sama Lev.

   "Besok, kita mesti ke book store." bisiknya.

Aku memutar mataku malas.

Me

Lost PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang