Cerish-Ashley?!

652 43 3
                                    

Bukan suatu kemustahilan kalau gue jatuh cinta. Emang, selama ini, yang dunia tau tentang gue adalah Cerish yang cuma belajar dan belajar, Cerish yang bijak, atau pun Cerish yang cuma mengasah karier bersama temen-temen lainnya.

Nyatanya, gue punya hati, man. Gue jatuh cinta.

Dan bukan suatu kemustahilan juga kalau gue jatuh cinta, sama cewek yang sama sekali bukan tipe gue. Cewek berandal yang ga bisa diem, cekikkan sana-sini bareng temen-temennya, suka jailin orang, dengan rambut pirang lurus panjang yang gapernah mau dia kuncir. Ashley. Nama cewek itu Ashley.

Dari awal liat dia, gue udah benci banget sama Ashley. Semua tingkahnya yang kerap kali diluar nalar bikin gue ilfeel.

Tapi semua rasa ga suka itu gapernah gue tunjukin, hingga pada akhirnya gue pasrah dengan rasa yang kian membuncah ini tanpa bisa dikendali (ceile). Gue jatuh cinta sama cewek yang udah seperti cacing kepanasan itu. Apa dia sesuai kriteria gue? Ngga, Ashley sama sekali bukan kriteria gue. Nyatanya, kriteria bukan hal terpenting dalam cinta. Ketulusan hati bisa didapat tanpa kriteria tersebut. Itu yang gue baru ngerti sekarang.

Well,
Ini tahun terakhir buat gue dan kawan-kawan gue berada di sekolah ini. Karena sebentar lagi, kita akan dihadapi dengan yang namanya kelulusan. Semoga kelulusan ini bukan menjadi pemisah buat gue dan mereka. Yah, mau sefreak apapun mereka, gue tetep peduli sama mereka. Eh, gue jahat ga sih bilang mereka freak?

Dan satu lagi buat tahun terakhir di SMA ini, gue akan cepat-cepat mengklaim Ashley sebagai pacar gue.

***

"Hmm, sudah kuduga." Bryan mengusap-usap dagunya dengan gaya sok detektif.

"Apa yang kubilang, benar kan?" Sahut Carion sambil memandangi gue dari atas ke bawah.

Mereka bertingkah seperti gue adalah seorang terdakwa.

Steve menutup komiknya, Lev masih mangap dengan muka ga karuan sambil meluk guling. Dia baru bangun tidur.

Kamar berantakan ini pun menjadi saksi bisu drama kita.

"Te.. ruuus...?" Lev bertanya.

"Ya apa? Gue harus gimana?"

"Akhirnya lo menyandang status normal sebagai lelaki." Steve menepuk bahu gue.

"Sialan. Lo kira selama ini gue apa," tanggap gue.

"Yakin lo demen sama Ashley?" Tanya Bryan.

"Ya iyalah, kalau ngga ngapain gue minta bantuan kalian?"

"Lo nanya bego banget, Bry. Kan udah gue bilang mereka keliatan saling suka..." Carion menoyor kepala Bryan.

"Ih, iya juga ya. Gue kira sih Cerish ga ada rasa, kan Ashley bukan tipenya banget." Lev mulai mengumpulkan nyawa dengan bicara banyak.

"Gosipan kita selama ini udah terbukti keberanannya, saudara." Steve ikut nimbrung.

Gue menatap mereka satu per satu. "Jadi selama ini lo pada gosipin gue?" Gue tak terima.

"Bukan gosip, cuma ghibah gitu deh sist." Bryan kok kayak lekong sih?

"Idih geli. Gue bilangin Rachel lo ya. Tukang ngomongin orang,"

"Bilangin aja, orang Rachel udah klepek-klepek sama gue."

"Shhh, udah. Gini, sekarang gimana caranya kita bantu Cerish?" Carion menengahi.

"Elah Caaar, gue tau lo mau balas jasanya Carion atas bantuan dia bikinin lo kado-kadoan raksasa." Lev loncat dari ranjangnya.

"Gue pikir Shann bakalan gantung diri setelah tau isi kado raksasanya adalah elo." Kata Bryan dengan wajah kayak ga ada dosa seumur hidupnya. Dasar, muka doang malaikat, tapi kayak iblis nih bocah.

Lost PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang