6. Surat di 2018

188 40 3
                                    

6. Surat di 2018

Hampir saja!

Ya ampun, lima menit lagi pintu gerbang sekolah ditutup. Nyaris aku telat dan tidak bisa ikut ulangan matematika! Semua ini karena semalam aku bergandang sampai jam dua pagi nonton drama Korea. Racun, racun! Lee Jong Suk memang racun!

Lapangan dan lorong sekolah terlihat sepi, semua orang sudah masuk sepertinya ke kelas masing-masing. Aku berlari dan berharap agar tak ketinggalan ulangan. Kulirik di tengah kuberlari ke arah kelas-kelas, hampir semua siswa sudah siap dalam posisi rapi untuk memulai kelasnya.

Kelasku ada di ujung, sedikit lagi sampai dan sepertinya ulangan matematika belum dimulai. Kupelankan langkahku untuk mengatur nafas. Langkahku semakin pelan begitu melewati kelasnya Rafi yang memang bersebelahan dengan kelasku.

"Woy, ada cewek kardus!" teriak seseorang dari kelas Rafi.

Kuhentikan langkahku dan entah kenapa kakiku justru memasuki kelasnya Rafi dengan geram. Belum ada guru. Kulihat Rafi, Didi, Kamal, dan Dodit duduk di atas meja bergerombol sambil cekikikan menatapku.

"Wah, ada yang mau ngamuk nih kayaknya," kata Rafi sambil disambut tawa oleh teman-temannya.

"Jadi yang neriakin gue cewek kardus tadi tuh elu?!" kataku ke Rafi dengan kesal.

"Dih, Ge er!" kata Rafi. "Tapi kalau ngerasa cewek kardus sih, ya udah. Hahaha,"

"Mau lu apa sih, Fi?!" kataku sambil mendekat.

Tiba-tiba seseorang menarik tanganku. Aku segera menoleh: Syahnaz!

"Orang gila jangan diladenin!" kata Syahnaz sambil menarikku keluar dari kelas itu.

Kudengar Rafi dan teman-temannya terus tertawa terbahak-bahak. Kudengar juga mereka meneriakiku dengan sebutan Cewek Kardus! Kesal!

Begitu jam istirahat, aku dan Syahnaz ke kantin. Kesalku ke Rafi masih belum hilang. Aku tak ingin melihat wajahnya lagi dalam waktu dekat ini. Itu hanya akan membuat amarahku bergejolak. Aku tak habis pikir mengapa ketika hubunganku dan Rafi selesai, aku justru semakin pusing karena sikapnya.

Aku mau putus dengannya karena aku tak ingin membohongi hatiku dan hatinya terlalu lama. Lalu mengapa Rafi menganggap putus ini sebagai sebuah penghinaan dariku untuknya?

"Dy, lihat deh," Syahnaz menunjukkan chat percakapannya dengan Bagas.

Kutuliskan untuk kalian.

"Naz, maaf ya aku ganggu kamu malam-malam gini," kata Bagas dalam chat pembukanya.

Aku sedikit kaget dengan jata-kata Bagas yang cukup manis. Si kunyuk arogan itu ternyata bisa berkata-kata manis begini? Aku hampir tak percaya.

"Ini dari Bagas?" kataku ke Syahnaz menegaskan.

Syahnaz hanya mesem-mesem menggelikan sambil merobek-robek tisu sekecil-kecilnya, seimut-imutnya. Ternyata begini ekspresi orang yang lagi kasmaran, menyeramkan. Tak sanggup aku melihatnya, mau gumoh!

Kusiapkan mental dan kemudian kulanjutkan membaca.

"Gak ganggu kok, Gas. Ada apa?" balas Syahnaz.

"Kamu udah lihat bulan malam ini?"

"Bulan? Bentar ya aku lihat ke luar dulu,"

Di chat berikutnya, Syahnaz kembali membalas.

"Gak ada bulan kok ya, Gas, di langit rumahku? Di langit rumahmu ada?"

"Sama, di langit gak ada bulannya," balas bagas.

Zenith [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang