8. Ulang Tahun Bagas

125 36 0
                                    

8. Ulang Tahun Bagas

Hari ini aku dan Syahnaz sedang ada di kafe yang sengaja dipesan Bagas untuk pesta ulang tahunnya. Bagas mengundang teman-teman kelasnya, dan beberapa teman yang cukup dekat dengannya dari kelas berbeda. Syahnaz bilang ke aku kalau Bagas sudah nabung dua bulan dari hasil kerja paruh waktunya buat bikin pesta ini.

Syahnaz dan aku sengaja datang lebih dulu karena ingin bantu-bantu Bagas mempersiapkan segala kebutuhan pesta. Tapi, setelah kulihat apa yang terjadi di kafe ini, rasanya tadi lebih baik aku tidak datang bersama Syahnaz. Lihat itu Syahnaz dan Bagas, seperti pengantin baru saja, tak pernah lepas.

"Yayang udah tua sekarang dong," kata Syahnaz sambil mencubit hidungnya Bagas. Ngomong-ngomong, ini ulang tahunnya Bagas yang ke-18 tahun.

"Iya nih, bentar lagi jadi bapak-bapak," kata Bagas dengan nada yang diimut-imutkan.

"Ibu-ibunya siapa dong?"

"Ya kamulah, siapa lagi? Syahnaz Binari!"

"Iiiiih co cwiiiit!"

Aku langsung pura-pura menyibukkan diri begitu melihat Syahnaz dan Bagas seperti orang yang sedang nahan kentut lagi. Jatuh cinta mereka memang membuatku tak sanggup untuk menyaksikannya.

"Hai, Maudy!" kata seorang laki-laki menyapaku. Hampir tak kukenali, ia adalah kakak kelasku yang baru lulus tahun kemarin, Kak Davis namanya.

"Kak Davis?" kataku sambil tersenyum.

Ia menjabat tanganku sambil berkali-kali menanyakan kabarku.

"Kakak ngapain di sini?" kataku.

"Lagi nongkrong aja sama temen-temen kampus," katanya sambil menunjuk beberapa laki-laki di meja pojok kafe ini.

"Lu sendiri, ngapain di sini?" katanya lagi.

"Oh, si Bagas ulang tahun, Kak. Aku sama Syahnaz bantuin buat persiapan pestanya,"

"Bagas si juara umum itu?"

"Iya. Dia cowoknya Syahnaz," kataku mencoba menerangkan.

"Syahnaz yang kalau ngomong muncrat-muncrat itu?" cetusnya lagi.

Aku tertawa.

"Kalau gue ikutan party ini juga, gak boleh ya?" kata Kak Davis.

Jujur saja, aku sedikit kaget dia ngomong begitu. Gimana cara pikir Kak Davis ini, masa iya mau datang acara orang kalau tidak diundang? Itu kan tidak sopan. Terlebih, dia datang ke kafe ini kan barengan sama teman-temannya, masa iya itu teman-temannya mau ditinggal pesta?

"Gak boleh ya?" tanyanya lagi.

"Bukan acaraku sih, Kak. Acarnya Bagas, jadi aku gak punya wewenang buat bilang iya atau enggak,"

"Kalau mau ngobrol sama kamu habis party ini boleh gak?"

Eh? Apa maksudnya? Kenapa tanya gitu? Dia mau pedekate? Waduh, salah alamat.

"Acaranya selesai malam deh kayaknya, Kak. Aku gak boleh pulang malam sama Bunda," ucapku sesopan mungkin.

Kak Davis menatapku, raut wajahnya nampak sedang berpikir untuk menjawab pernyataanku.

"Tapi lain kali boleh, kan?"

Aduh! Kenapa dia keras kepala?

"Gak boleh juga?"

"Mau ngobrolin apa emang, Kak?"

Dia diam lagi. Berusaha keras mencari-cari jawaban.

"Soal reuni!" ucapnya dengan aura merdeka. "Reuni akbar kemarin, gue gak datang,"

Terus? Masalah buatku? Kak Davis mau datang atau tidak, gak ada pentingnya buatku. Sumpah ya, aku malas sekali dengan Kak Davis ini.

"Emang apa yang mau Kakak tanya? Tanyain sekarang aja," kataku dengan sedikit ketus.

"Ah, banyak lah. Gak bisa sekarang," ia kemudian mengeluarkan hapenya dan memberikannya padaku. "Minta nomor lo dong,"

Aku diam. Aku ingat poin nomor enam di surat peraturan Kak Rumi: 6. Dilarang bikin gue cemburu.

"Jangan bilang lo gak hapal nomor lu,"

Kata-kata Kak Davis membuat akalku buntu. Aku terpojok, sulit untuk mengelak. Akhirnya, dengan sangat berat, kuberikan nomor hapeku.

"Makasih ya, nanti malam gue telpon!" katanya sambil tersenyum dan berlalu pergi.

Sumpah, aku mau matikan hapeku nanti malam! Tapi, kalau kumatikan, bagaimana Kak Rumi bisa menghubungiku? Aku sedang menunggu kabar darinya.

Aaaaarrrrgggh!

Tak lama, acara Bagas pun dimulai. Banyak sekali yang hadir di acara ulang tahunnya Bagas, dan kebanyakan yang hadir adalah anak-anak berprestasi di sekolahku, yang aktif di organisasi, dan yang pandai menabung sepertiku.

Jangan tanya bagaimana kelakuan Syahnaz di pesta ulang tahun Bagas ini, rasa senangnya bahkan tak bisa kutuliskan dalam tulisan ini karena saking banyaknya.

Selamat ulang tahun, Bagas. Jangan pacaran di depan umum terus ya, kasihan para jomblo!

Zenith [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang