13. Siapa Kamu?

166 29 1
                                    

13. Siapa Kamu?

"Dy, hari ini jangan lupa," kata Syahnaz di WA.

"Beres! Udah siap, nih,"

Maksudnya jangan lupa itu, seperti biasanya, setiap minggu sore, aku dan Syahnaz akan belajar bersama Bagas. Bisa di mana saja: di taman, rumah Syahnaz, atau bahkan mall. Dan sore nanti, kami akan belajar di rumah Syahnaz.

"Mau ke mana, Kak?" kata Manda padaku dengan tatapan meledek. Aku sudah kebal, dia selalu begitu tiap minggu jika aku mau pergi belajar bersama.

"Ke Nusakambangan! Mau kasih tahu polisi, napinya kabur nih," kataku sambil menjenggut pelan rambutnya yang dikuncir.

"Aw! Sakiiiit!"

"Bodo, weeee!" aku tertawa dan langsung keluar rumah.

"Kak, Kakak!" teriak Manda lagi.

Aku menoleh dengan malas. Duh, si ratu kegelapan ini!

"Apa?" kataku dengan malas.

"Kemarin ada temen Kakak ke rumah,"

"Temen? Kok Bunda gak ngomong?"

"Bunda juga gak lagi di rumah, pergi arisan,"

"Arisan mulu si Bunda, pantesan gaji Ayah gampang lenyapnya," gumamku sedikit jengkel.

"Nih, temen Kakak ngasih ini," Manda memberikanku secarik kartu nama.

Kulirik kartu nama itu: dr. Hermawan, SP. KJ. Tertulis nomor hape, alamat email, dan alamat kantornya.

"Temen Kakak yang ke sini, namanya siapa?" tanyaku ke Manda.

"Paket data lima giga dulu," katanya sambil menadangkan tangan padaku.

"Ih dasar tuyul! Mau malak?"

"Ne-Go-Sia-Si!"

"Iiiiih!"

Manda kemudian berlari ke kamarnya sambil tertawa, lalu segera ia mengunci pintunya. Si kunyuk itu! Kecil-kecil sudah pintar malak, kesal! Kupandangi kartu nama ini dengan teliti. dr. Hermawan? Aku tak kenal dengan nama itu. Lalu?

Ah! Mandaaaaaaaaaa!

Setengah jam kemudian, aku tiba di rumah Syahnaz. Di teras, Syahnaz dan Bagas sudah menunggu ditemani dengan tumpukan buku.

"Udah pada mulai ya?" kataku. "Nyokap lo mana, Naz? Gue mau saliman,"

"Ibu sama Ayah lagi jenguk saudara yang sakit,"

Entah kenapa, mendengar kata 'sakit', aku jadi teringat kartu nama yang diberi Manda padaku tadi.

"Kemarin, magnitudonya berapa?" kata Bagas memulai belajar ini dengan bertanya, mencoba merangsang otak kami.

"Oh, yang Centaurus?" kata Syahnaz.

Detik selanjutnya, kami sibuk menghitung jarak dari satu benda langit ke benda lainnya pada rasi Canis Major. Lalu, belajar kami menyambung ke sejarah. Mulai dari Tan Malaka, Nikola Tesla, hingga Ibnu Batutah. Apalagi Bagas menerangkan banyak hal itu dengan cara yang tidak membosankan.

Tiga jam belajar, perut kami keroncongan. Kemudian Syahnaz memesan mie ayam lewat aplikasi online, tapi sepuluh menit ditunggu, pesanan kami belum juga datang.

"Otw katanya," kata Syahnaz sambil menutup hapenya.

"Udah sampe mana abangnya?" tanya Bagas.

"Udah di pengkolan depan,"

Bagas mengangguk.

"Oh iya, Dy!" kata Bagas tiba-tiba. "Lo tahu gak kalau Rafi diskors?"

Zenith [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang