Mengapa?

1.5K 229 35
                                    

Pukul 04.30 pagi, Nayeon terbangun dari tidurnya. Dibuka matanya perlahan dan melihat wajah suaminya sedang tertidur pulas dihadapannya. Nayeon tersenyum kecil, pasti Jinyoung yang membawa nya ke kamar, pikir Nayeon.
Nayeon terus memperhatikan wajah damai suaminya.
Jinyoung bergerak sedikit, mungkin ia merasa pegal.
Nayeon mulai merapatkan tubuhnya ketubuh jinyoung dan memeluknya erat.

"Eunghhh" Jinyoung melenguh panjang.
"Nay? Kamu udah bangun?" Tanya Jinyoung dengan suara parau khas orang bangun tidur.

"Hm" NaYeon membalas singkat.
Tentu saja NaYeon ingin meminta penjelasan tentang semalam.

Jinyoung berusaha menyamakan posisi tubuhnya dengan Nayeon.

"Nay, maaf. Semalam salah satu kolega mengajak ku untuk minum dirumahnya. Sampai akhirnya kita mabuk dan aku tidak sadar ponsel ku mati. Aku baru pulang pukul 3 tadi. Maaf Nay. Jangan marah, percaya sama aku kan? "

Nayeon mencari pembenaran lewat sorot mata Jinyoung. Jinyoung sama sekali tak pandai berbohong bila didepan Nayeon.
Mendengar penjelasan itu, Nayeon tersenyum.

"Hm, iya aku percaya sayang. Aku cuma khawatir kamu ga kabarin aku. Aku takut terjadi apa-apa semalam." Nayeon memeluk tubuh suaminya.

"Kita tidur satu jam lagi yah? Aku masih ngantuk" Jinyoung mengeratkan pelukannya pada sang istri.

Satu jam kemudian. Nayeon bangun dan langsung menyiapkan sarapan, membangunkan anak-anak, dan memakaikan Jinyoung dasi. Rutinitas paginya tidak pernah berubah.

Hyunjin yang baru turun dari kamarnya langsung membuang muka saat melihat ayahnya sedang dipakaikan dasi oleh bunda nya dimeja makan.
Entah kenapa hatinya merasa sakit, biasanya ini moment terfavorite untuknya.

"Eh Jin, udah rapih?" Tanya Jinyoung.

"Hm, ayah semalem pulang jam berapa? " Tanya Hyunjin Straight to the point.

"Eh? Ayah pulang jam 3, Jin" Ucap Jinyoung.

"Bunda nungguin ayah sampe jam 3?" Tanya Hyunjin ke Nayeon.

"Mungkin. Soalnya pas bunda bangun, bunda udah dikamar Jin" Ucap Nayeon

"Tch, Kan udah Hyunjin bilang. Kalo ayah belum pulang sampai tengah malam bunda tidur dikamar." jawab Hyunjin sedikit membentak. Hyunjin merasa kesal pada ayahnya yang membiarkan bundanya tidur di luar.

"Ayah tau ga? Bunda nungguin ayah disofa, kalo ga Hyunjin yang ambilin selimut bunda bakalan tidur kedinginan sampai jam 3" Ucap Hyunjin datar pada ayahnya. Kalau sudah begini Hyunjin sangat mirip dengan Jinyoung. Dingin.

"Ayah minta maaf, Jin. Semalam ayah ketiduran dirumah kolega sehabis minum. Ponsel ayah juga mati." Ucap Jinyoung serius. Hyunjin menatap dalam mata ayahnya.

"Kok minta maaf sama aku? Sama bunda udah? " Ucap Hyunjin.

"Ssstt udah udah. kok malah ribut pagi-pagi. Ga baik. Lanjutin ayo makannya." Nayeon menengahi Ayah dan Anak itu.

Mereka bertiga makan dalam diam. Terjun kedalam fikiran masing-masing.

"Moring~~~~" Ucap Yejin yang baru saja datang dengan semangat.

"Eh? Kok pada diem? Kenapa sih?" ucap Yejin sambil memakan roti bakarnya.

"Abang? Ayah? Bunda? Kok pada diem?" Yejin mempertegas pertanyaannya.

"Bun, aku udah selesai. Aku duluan, aku berangkat sendiri aja." Ucap Hyunjin tiba-tiba dan dia berdiri merapihkan pakaian juga memakai tasnya.

"Park Hyunjin! " Jinyoung mulai menaiki suaranya.

Namun Hyunjin tidak bergeming sama sekali dan tetap melanjutkan langkahnya.

Nayeon dan Yejin diam, mereka tidak mengerti apa yang terjadi antara Ayah dan anak ini.

"Ayah, udah ya. Mungkin suasana hati Hyunjin lagi ga bagus." Ucap NaYeon.

"Aku pernah sesekali telat pulang Nay, tapi dia ga pernah kaya gini. Kenapa sih anak itu?" Jinyoung mulai menurunkan suaranya kembali.

Setelah sarapan, Jinyoung dan Yejin bergegas berangkat ke kantor dan kesekolah. Jinyoung mengantar anaknya terlebih dulu.

"Hati-hati dijalan ya" Nayeon melambaikan tangannya pada mobil jinyoung yang mulai menjauh.

Nayeon masuk ke dalam dan menutup pintu.
Namun, sesuatu mendadak membuat jantung nayeon berdegup cepat dan sangat sesak. Nayeon melemas, kaki nya seolah tak kuat menahan tubuh nya lagi. Nayeon menjatuhkan tubuhnya disofa tamu. Air mata Nayeon terjatuh, air mata yang lama-lama menjadi tangisan pilu.

"Kenapa, kamu berbohong. Park Jinyoung?"

Keluarga ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang