Sick

1.7K 220 12
                                    

Nayeon terus menunggu disana, sampai akhirnya mobil Jinyoung muncul setelah 2 jam meninggalkan apartement itu.
NaYeon melihat Jinyoung membukakan pintu untuk Jisoo kemudian membuka bagasi mobilnya yang penuh dengan barang-barang .

"Sini aku bawa separuhnya, Jin" Suara Jisoo terdengar begitu jelas.

"Gausah, biar aku aja. Yuk. Kasian Jeong In udah tidur" Jinyoung masuk kedalam bersama Jisoo.

NaYeon terus mengamati Suaminya, perasaan sakit terus menjalari seluruh bagian hati dan jantungnya. Nafasnya sudah tidak beraturan. Tangisnya lagi-lagi tumpah.

Tak lama Jinyoung keluar, dengan diantar oleh jisoo sampai lobby Apartement.
Jisoo melambaikan tangannya pada Jinyoung yang mulai menghilang dalam pandangan.

Nayeon berusaha kuat, dia harus kuat.
Nayeon keluar dari mobil, kemudian berlari mengejar Jisoo yang hampir masuk dalam lift.

"Tunggu!" Nayeon meraih tangan Jisoo kasar. Jisoo yang kaget langsung menepis tangan Nayeon, kemudian dia berbalik dan tersenyum...licik.

"Waw, Long time no see. Im Nayeon" Jisoo melambaikan tangannya dihadapan Nayeon.

"Apa mau kamu Kim Jisoo!" kata Nayeon setengah berteriak.

"Ow, jadi kamu lihat siapa yang baru keluar dari apartment ini?" Jisoo tersenyum menang.

"Ga usah banyak omong! apa mau kamu, Pelacur!" Nayeon berteriak diwajah Jisoo.

"Jaga mulut kamu ya!" Jisoo berusaha menampar wajah Nayeon namun Nayeon dengan sigap menepis kasar tangan Jisoo.

"Ck! Kamu fikir selama ini Jinyoung hanya mencintai kamu? Bangun Im Nayeon! Jinyoung sudah muak sama kamu! Kamu yang selalu mau menang sendiri, kamu yang sering marah hanya karena Hal kecil" Nayeon diam. Sejauh itukah dia tau seluk beluk rumah tangga nya dengan Jinyoung?

"Kenapa diam? Jinyoung sudah cerita semua sama aku. Dia muak sama kamu, Im Nayeon! Tolong lepaskan dia. Dia berhak bahagia." Kata Jisoo diakhir kalimat nya.

"Aku ga akan biarin kamu sentuh lagi suami aku, Pelacur!" Kata Nayeon.

"Yakin? Buktikan saja. Aku bisa jamin Jinyoung akan datang dalam 20 menit jika aku menelfon nya sekarang."

PLAK!

"Brengsek kau pelacur! "

Nayeon sudah tidak tahan dengan semua ucapan Jisoo. Jisoo meringis namun tidak membalas, dia merasa menang karena Nayeon terpancing emosinya.

"Mau bertaruh? Kalau Jinyoung lebih memilih kamu, aku akan pergi. Tapi jika sebaliknya, kamu harus ceraikan dia. Bagaimana?"

"Ga akan aku biarin Suamiku direbut sama pelacur kaya kamu Kim Jisoo!! Jangan harap kamu bisa menyentuhnya!" Lagi, Nayeon menampar Jisoo. Namun Jisoo hanya tersenyum.

"Kita buktikan saja, Im Nayeon. Dalam seminggu ini, akan aku buat Jinyoung semakin jauh dari kamu. Kamu tunggu saja." Ucap Jisoo berani.

Nayeon sudah mengepal kan tanganya, bersiap untuk menampar perempuan itu lagi.

"sudahlah nay, jangan buang energi mu. Temani Jinyoung tidur sekarang, karena malam besok dia akan tidur disini." Jisoo merasa menang. Nayeon sudah siap menampar lagi, namun lift terbuka. Menampilkan sosok anak lelaki lucu. Jisoo berbalik dan menggendong anak itu.

"Aduh anak Ibu turun, kamu cari Ayah Jinyoung? Iya? Ayah jinyoung sudah pulang sayang. Besok dia kesini lagi" Jisoo berbicara pada anak kecil itu. Kemudian melirik Nayeon sekali.

"Yaudah yuk kita naik keatas aja, lanjut tidur" Jisoo kembali menatap NaYeon.

"Kamu harus lebih berhati-hati, Im Nayeon" kemudian Jisoo menghilang ditelan lift.

Nayeon sudah tidak bisa menahan air matanya, dia tumbang. Menangis sejadi-jadinya di lorong apartment milik wanita itu.

"Jinyoung-ah neomu appa, Jinja"

Keluarga ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang