"Aku sama sepertimu, Jeon... aku juga menyukai y/n..."
.
.
Klek!
Suara pintu yang terbuka tiba-tiba membangunkanku di subuh seperti sekarang. Kuraih ponselku, baru pukul satu subuh. Itu artinya baru satu jam aku tertidur.
Sejauh ini yang tahu password kamar sewaku hanya dua orang. Adikku yang cukup sering menginap, dan Jeon Wonwoo. Tidak mungkin adikku berkunjung subuh-subuh seperti sekarang, itu berarti orang yang saat ini mulai melangkah mendekati tempat tidurku adalah Jeon Wonwoo.
Aku tetap pada posisiku. Berbaring menghadap ke jendela, membelakanginya. Dia memang Wonwoo. Bau tubuhnya sangat kukenali. Dia tak bicara apapun. Hening. Hingga akhirnya tempat tidurku mulai bergerak. Seperti seseorang sedang berbaring di sampingku. Dan memang itulah yang dilakukannya.
Selama beberapa menit aku pura-pura tidur. Suasana masih hening. Hingga akhirnya mulai terdengar suara dengkuran kecil Wonwoo. Aku pun berbalik pelan. Aku beranjak bangun, melihat Jeon Wonwoo sudah tertidur pulas padahal dia baru lima menit berbaring di sini.
Kutarik perlahan selimutku menutupi tubuhnya. Sejenak aku menatap wajah Wonwoo. Dan kembali pikiranku mulai melayang-layang.
Aku berharap kau bukan seorang idol, Wonwoo-ya.
Aku berharap kau pria biasa. Rekan kerjaku, atau teman sekelasku yang popular. Yang dikagumi banyak orang tapi hanya aku yang beruntung memilikimu.
Aku berharap kita bisa dengan leluasa seperti ini. Kau bisa ke sini kapan saja, tidak perlu tengah malam seperti sekarang. Kita bisa ke taman bermain, nonton di bioskop, atau ke manapun tanpa mengkhawatirkan apapun.
Aku berharap kita sama-sama jadi yang pertama dan terakhir, Jeon. Aku sangat menyayangimu, tapi entah kenapa aku merasa semua harapanku sia-sia.
Aku mencintaimu. Tapi kurasa aku harus berhenti mencintaimu...
Tanpa kusadari airmataku menetes membasahi pipiku. Dengan segera aku menghapusnya, menyekanya dengan tanganku. Kuputuskan untuk kembali tidur. Kubaringkan kepalaku ke bantal. Kudekatkan tubuhku melekat ke tubuh Wonwoo. Dan tertidur dengan posisi seperti ini.
oooOOOooo
Cahaya matahari pagi tembus melalui jendela dan membangunkanku. Keributan di luar sana juga membuatku merasa aku harus segera bangun karena tampaknya aku kesiangan. Saat kubuka mataku. Aku sendirian. Tak ada Wonwoo di sampingku. Di saat itulah aku memutuskan untuk beranjak bangun.
Di atas meja makan, ada segelas susu cokelat dan roti bakar. Lengkap dengan sepucuk memo di dekatnya.
Maaf aku menumpang tidur tanpa izin. Aku tak menyangka kau akan tidur seawal semalam.
Makan ini dan jangan telat bekerja, eoh?
-Wonwoo-
"Ck!" gumamku. "Sejak kapan dia jadi romantis seperti ini?" cekikikku lalu meneguk susu cokelat buatan Wonwoo itu.
.
.
.
.
.
.
.
.