"Park Jimin ?"
"Iya ?"
"Pasien bernama Min Yoongi ingin menemuimu."
Jimin sangat takut, takut sekali jika Yoongi benar-benar akan membencinya. Tangannya bergetar saat mencoba memutar kenop pintu. Dan saat pintu kamar Yoongi terbuka sempurna, hal pertama yang Jimin lihat adalah tatapan Yoongi langsung mengara ke arahnya.
"Kenapa lama sekali ?" suara parau itu memecah keheningan. Jimin menutup pintu dan melangkah mendekati Yoongi. Tangannya terulur pelan untuk mengelus pipi Yoongi bak boneka porselen itu. Siapa sangka saat Jimin ingin menarik kembali tangannya Yoongi menahan tangan itu.
"Y- yoongi.."
"Aku tahu apa yang kau pikirkan, Jimin. Gwenchana, kau melakukannya demi menyelamatkanku dan juga Jihoon. Aku tidak membencimu, sungguh. Hal yang aku khawatirkan adalah dirimu, kenapa kau bisa seperti itu ?"
Tentu saja Yoongi bingung kenapa Jimin menjadi sadis semalam. Mendengar itu alhasil Jimin duduk di tepi ranjang Yoongi, menggenggam tangan kekasihnya dan mengecupnya lembut.
"Itu terjadi begitu saja. Aku mencintaimu dan aku rasa sudah gila karena mencintaimu sampai-sampai orang akan berfikir apa aku masih waras ? Apa cintaku wajar untukmu ? Katakan saja, aku tidak ingin dan tidak suka melihat milikku diganggu dengan yang lain."
Yang lebih tua mengelus rahang yang lebih muda. Begitu lembut di selingi sebuah senyuman kecil. Pancaran mata Yoongi tak menunjukkan satupun silat kebencian untuk namja di depannya.
"Dan aku juga mencintaimu, Park Jimin."
"Eh ? K- kau tidak marah ?"
"Tidak," Yoongi menggeleng kecil , "Aku hanya terkejut saja, dan aku benar-benar membutuhkan pelukan saat ini."
Tidak dikatakan dua kali Jimin langsung memeluk Yoongi dengan erat. Yah, ini yang keduanya butuhkan setelah kejadian hebat tadi malam. Jimin membenamkan wajahnya di ceruk leher Yoongi, menghirupnya kuat, merasakan kembali aroma vanilla yang selalu memabukannya.
Jika tidak ingat sedang dimana sudah dipastikan bukan hanya sekedar pelukan tapi hal lainnya juga akan terjadi. Cukup lama mereka saling berpelukan dan akhir dari pelukan itu adalah kecupan lembut di kening untuk Yoongi.
"Yoongi-ah, setelah keadaanmu membaik aku akan mengajakmu ke suatu tempat. Hanya berdua saja." Ujar Jimin. Yoongi teringat sesuatu.
"Astaga, twins-!"
"Hei, hei tenang saja. Twins berada di Seoul, mereka aman sayang dan lagi Boyoung noona akan menjaga mereka."
Sedikit lega namun tetap saja twins tidak pernah jauh darinya. Kembali rasa khawatir membelenggu di dadanya. Yoongi menatap Jimin khawatir.
"Bawa mereka pulang Jim. Youngji dan Minji tak pernah jauh dariku, mereka bisa saja kebingungan dengan lingkungan baru yang mereka lihat. Terutama Youngji- dia itu pintar dia pasti akan sadar jika aku dan kau tidak ada di sekitarnya. Tolong bawa mereka pulang." Pinta Yoongi.
Jimin menepuk jidatnya dia benar-benar lupa tentang hal itu. Segera ia menelfon kepercayaannya untuk membawa twins pulang.
"Jim, dimana adikku ?"
• • • • • • •
"Untung saja mereka membawa mu tepat waktu. Jika tidak kau sudah meregang nyawa saat itu juga."
Hoseok menunjukkan senyumnya yang paling ramah, "Gomawo Dokter, senangnya melihat Dokter yang satu negara denganku."
"Tuan Daehyun secara pribadi memintaku untuk itu. Ah iya, aku permisi dulu. Namja disampingku akan menjagamu dan membantumu apapun keluhanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Master Jim ? [END]
FanfictionMATURE CONTENT!!!! 18+!!!! Bertemu di tempat yang tidak seharusnya membuat Park Jimin-- pria yang dulunya normal menjadi Gay hanya karena melihat namja manis yang dia tidak kenal. Jimin dengan usahanya akan melakukan apa saja agar si manis itu menj...