Setengah berlari aku menuju ke city car merah milikku.
Gara-gara dosen galak itu aku jadi terlambat. Dan aku yakin, akibatnya pasti hadiah omelan dari Mama.
Kalau saja dosen itu tidak menyuruhku mengerjakan pekerjaan yang menurutku membuang waktu, tentu aku tidak akan terlambat. Bayangkan saja, jaman sekarang aku harus mengetik ulang makalah darinya dengan mesin ketik manual dan bukannya dengan komputer? Yang benar saja! Pak Dosen itu hidup di jaman apa? Hanya gara-gara aku kelupaan mengerjakan tugas, ia memberikan hukuman aneh itu padaku!Kupacu Jazz merah semampuku. Sesekali terdengar umpatan pengguna jalan yang kuserobot jalurnya.
Maaf bapak atau ibu... saya lagi buru-buru... batinku menggumam.Setelah hampir satu jam, akhirnya aku sampai juga di tempat dimana Mama menungguku. Aku berjalan cepat menuju ruang privat di restaurant langganan keluarga kami. Bahkan konon Papa mengungkapkan cinta dan melamar Mama di sini.
Kubuka pintu ruangan itu dengan cepat dan nafas memburu.
"Maaf Ma... Ara..." kuhentikan kalimatku melihat siapa yang tengah berbicara dengan Mama dan Papa.
Sepasang suami istri dengan.... Pak Ganendra Dewa Kastara?
Astaga!
Itu dosen galak yang suka sekali melihat penderitaan mahasiswanya!Mereka semua menoleh dan tersenyum dengan mata berbinar senang.
"Ara sudah datang? Sini sini... Mama mau kenalin dengan calon suami kamu."
JDEERRR!!!!
Aku melongo, terkejut mendengar ucapan Mama. Apa? Calon suami? Siapa?Aku mendekat ragu.
"Siang Pak," anggukku sopan. Bagaimanapun juga dia kan dosenku, jadi aku harus sopan padanya daripada nilai Ekonomika Publik-ku diubahnya menjadi D atau E?
Ia tidak menjawab hanya tersenyum yang menurutku lebih mirip seringaian. Hiiiyy....
"Ini yang namanya Kiara?" tanya seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik tersenyum ke arahku.
"Kenalkan La, ini anakku yang paling bontot. Kiara, ayo kasih salam ke Tante Mala dan Om Gama," Mama menarikku mendekat.
Aku mengulurkan tanganku menyalami Tante Mala dan Om Gama.
"Eh, kalau sama Dewa sudah kenal ya?" tanya Mama sedikit mendorongku maju mendekat pada sang dosen galak, dan memaksaku duduk di dekat laki-laki itu.
"Oh, sudah Tante. Kebetulan Kiara ini mahasiswi di kampus saya mengajar," sahut Pak Ganendra cepat.
"Wah! Kebetulan sekali! Kalian bisa lebih cepat akrab kalau begitu," seru Tante Mala tampak sangat antusias.
"Eh, panggil Mama saja. Kan Dewa calon suami Kiara," ujar Mama membuatku menoleh cepat sambil membelalakkan mata, sementara reaksi Pak Ganendra malah tersenyum dan mengangguk.
"Apaan sih Ma?" desisku pelan menggeser kursiku mendekat pada Mama.
"Kiara, Dewa ini calon suami kamu, Nak," kata-kata Papa membuatku yakin kalau pendengaranku tidak salah. Tapi, masa Papa dan Mama tega membiarkanku punya suami segalak dan sekejam Pak Ganendra?
"Ma, Pa? Tapi Ara tidak-"
"Kiara, Dewa ini calon suami idaman loh. Kamu beruntung Nak," potong Mama cepat. Mama tampak bahagia sekali.
"Benar. Selain ganteng, Dewa juga sudah mapan, Ara," Papa menambahi.
"Mama dan Papa bisa saja. Tapi sepertinya Kiara tidak suka dengan Dewa, Ma, Pa."
Ih! Kenapa Pak Ganendra malah jadi kompor meleduk? Dan hei! Fasih sekali sudah memanggil Mama dan Papa pada kedua orang tuaku! Tapi, ah ya, bukankah Mama yang memintanya tadi? Huuffft...
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESSIVE LECTURER (Sudah terbit Di GOOGLE PLAY BOOK)
RomanceHanya cerita aneh tentang perjodohan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Klise. Tidak ada yang istimewa. Tidak ada yang spesial. ????? ⚠⚠⚠⚠⚠ Buat readers yang masih jomblo imut di bawah 21 th... Dimohon dengan sangat untuk tidak membaca cerit...