Mas Dewa membawaku ke penthousenya.
Aku sudah pasrah. Memberontak seperti apapun, yang ada justru malah mempermalukan diriku.
Contohnya saja seperti yang kulakukan sebelum ini, saat aku tau ia membawaku ke penthousenya, aku bersikeras tidak mau, mencengkeram jok kursi yang kududuki di mobilnya, dan apa yang terjadi? Ia memanggulku seperti memanggul barang di bahunya! Aku berteriak, ia malah memukul pantatku dengan keras. Dan lift sialan itu ternyata lift khusus yang terhubung langsung ke penthousenya.Ia menurunkanku di sofa, lalu menegakkan punggungnya, berkacak pinggang menatapku dengan galaknya.
"Mau sampai kapan kamu menghindar?" geramnya.
Dengan susah payah aku menelan ludah. Ia kelihatan menyeramkan. Aku jadi membayangkan film-film horor Holywood yang disukai Alvin. Jadi begini rasanya bertemu dengan sesuatu yang menakutkan? Hiii...
"Kiara!"
Aku gelagapan.
Memang harus dijawab ya?"A-apa?"
"Hhhh..... Kita harus bicara serius berdua, Kiara," Mas Dewa terlihat lelah.
"Untuk apa? Bukankah Mas Dewa selalu memutuskan semuanya sendiri?"
"Kita akan menikah bulan depan, hentikan kelakuanmu yang suka kabur itu," ia mendesah mengusap rambutnya seperti putus asa.
"Boleh aku bertanya?" tanyaku ragu.
"Tanyakan apa yang kamu ingin tau, Kiara," ujarnya mengambil duduk di sebelahku.
"A-apakah Miss Nessa itu salah satu pacar Mas Dewa?"
"Nessa?"
"Ya. Miss Nessa. A-aku melihat Mas Dewa bersamanya di Cafe beberapa hari yang lalu," aku menunduk, takut kalau Mas Dewa kembali marah.
Lama Mas Dewa tidak menjawab. Kuberanikan diri melihatnya.
Ia memandangku dengan tatapan geli, seperti menahan gelaknya."Kenapa?" tanyaku sewot. Aku sudah ketakutan dan reaksinya malah seperti menertawakanku! Kurang ajar! Dasar playboy cap kucing kecebur got!
"Hahaha.... kamu lucu kalau cemburu, Ara... hahaha...." kututup kedua telingaku rapat-rapat. Ia sudah sinting! Apa katanya? Aku cemburu? Aku hanya menanyakan hubungannya dengan Miss Nessa, bukannya cemburu!
"Aku tidak cemburu Mas Dewa!" seruku kesal sambil menggelengkan kepala dengan telapak tangan menyumbat kedua telingaku,
"Bilang saja kalau kamu cemburu, Sayang," ia menarik kedua tanganku, melepasnya dari telingaku dan menyentak hingga aku membentur tubuh kerasnya.
"Dasar kepedean!" gerutuku. Kenapa aku selalu naik darah jika berbicara dengannya?
"Bukan kepedean, Ara sayang. Tapi kenyataan kalau kamu cemburu. Kamu marah karena aku makan siang dengan Nessa dan mengabaikanmu?" ia mengerling menyebalkan. Tadi saja marah-marah, kenapa sekarang kedip-kedip tidak jelas begitu?
Aku cemberut. Melancarkan aksi diam, bersedekap dengan sangat tidak manis dan memalingkan muka tidak mau melihatnya.
.
.
.
💟💟💑💟💟
.
.
.
Hamparan pasir pantai membuatku sedikit senang.
Sebenarnya aku sangat senang ketika Kak Bintang mengatakan akan mengajakku ke salah satu pantai di daerah Yogyakarta. Apalagi aku boleh mengajak keempat sahabatku, sementara Kak Bintang mengajak Kak Dion, Kak Marvin dan Kak Tessa yang juga pacar Kak Marvin.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESSIVE LECTURER (Sudah terbit Di GOOGLE PLAY BOOK)
RomanceHanya cerita aneh tentang perjodohan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Klise. Tidak ada yang istimewa. Tidak ada yang spesial. ????? ⚠⚠⚠⚠⚠ Buat readers yang masih jomblo imut di bawah 21 th... Dimohon dengan sangat untuk tidak membaca cerit...