31

67.4K 5.3K 523
                                    

Kiara Lavenia Dinata POV

.

.

.

Aku tidak menyangka Mas Dewa mengingat ulang tahunku. Bahkan ia memberi hadiah yang tidak kuduga sama sekali. Jujur, aku tersentuh. Perlakuannya padaku yang manis membuatku melambung, hampir melupakan bahwa pada kenyataannya ada masalah yang belum terselesaikan di antara kami.

Kejutannya tidak berhenti. Ia mengantarku ke apartemen dan kutemukan apartemen tempatku tinggal seperti pasar bunga. Ya, aku tinggal di apartemen milik Mas Dewa sekarang. Itu syarat darinya jika aku berkeras ingin berpisah sementara darinya hanya untuk memberi ruang pada Mas Dewa untuk berpikir lebih jernih.

Mungkin banyak yang bilang aku bodoh karena memilih untuk menjauh daripada semakin mendekat dan mempertahankan pernikahan kami yang seumur jagung. Biarlah. Aku mempunyai pertimbangan sendiri untuk hal ini.

Hubungan kami sekarang justru lebih manis. Kami seperti memulai semua dari awal. Seperti pasangan yang baru saja jadian, melalui proses tahap demi tahap mulai dari pendekatan, pacaran dan ya, aku rasa saat ini kami seperti sedang pacaran.

Mas Dewa sering mengantar dan menjemputku berangkat dan pulang kuliah, menemaniku mencari beberapa keperluan pribadiku, makan siang atau makan malam bersama, tidak jarang ia justru datang ke apartemen pagi-pagi hanya untuk bisa sarapan bersamaku. Meski sampai sekarang aku tetap menolak jika ia ingin menginap di apartemen.
Selama masalah kami belum terselesaikan, aku tetap pada pendirianku.

Tapi Mas Dewa tetaplah Mas Dewa. Dosen mesum itu terlalu posesif hingga aku tidak mempunyai ruang gerak luas untuk bergaul lepas dengan teman-temanku. Di kampus, teman lelakiku hanya Alvin dan Galaksi. Itupun Mas Dewa selalu cemberut setiap melihatku bersama mereka.
Berita terbagusnya, sekarang ia tidak lagi membentakku.

Aku tersenyum meraba leherku. Kalung berbandul bintang pemberian Mas Dewa sebagai hadiah ulang tahunku ini sangat cantik. Aku sangat menyukainya.

Sebuah pelukan dan kecupan di tengkukku membuatku kaget dan refleks menoleh. Mas Dewa tampak meringis, lalu mengambil tempat duduk di depanku. Ia mengajakku makan siang dan kami bertemu di sini. Cafe yang lumayan dekat dengan kampus, tempat aku pernah melihatnya makan siang dengan Miss Nessa.

"Ih Mas! Nanti kalau dilihat teman-teman kampus kan gak enak!" tegurku.

"Kenapa? Toh sama istri sendiri," jawabnya keras kepala.

"Mas Dewa itu dosen. Jaga wibawa Mas."

"Mas kan kangen kamu, Ra," rajuknya menggenggam jemariku.

"Apaan sih Mas? Kan baru semalam Mas ke apartemen!"

"Iya, tapi kan kita nggak ngapa-ngapain. Mas kangen ehem-ehem sama kamu, Sayang."

Aku melotot mendengar kalimat absurdnya.

"Mas! Ini tempat umum loh!" peringatku berbisik. Berharap pengunjung cafe yang lain tidak mendengar apa yang Mas Dewa ucapkan.

"Biarin. Sumpah Mas kangen, Ara. Nanti malam boleh ya?" pintanya memelas.

"Nggak Mas!" dalam hati aku tertawa geli melihat Mas Dewa memandangku penuh permohonan. Seorang Ganendra Dewa Kastara memohon-mohon pada Kiara, gadis yang dulunya bukanlah siapa-siapa di kampus. Gadis yang dulunya hanya dikenal karena dekat dengan Amora, si ratu tercantik di kampus.

"Please, Ara sayang. Ini juga buat mensejahterakan kamu. Nanti dikiranya Mas nggak memberikan nafkah buat istri," bujuknya makin membuatku membelalak.

"Mas! Mulutnya loh, dijaga!"

Mas Dewa melirik waiter yang kini mengantar makanan dan minuman yang tadi kupesan sebelum Mas Dewa datang.
Setelah waiter itu pergi, ia kembali memandangku.

MY POSSESSIVE LECTURER  (Sudah terbit Di GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang