3

81.2K 5.1K 176
                                    

Amora mengibaskan rambut indahnya dan memandangku penuh tuduhan, sementara Alvin, Galaksi dan Naomi menatapku tegang.

"Jadi kalau aku tidak ikut Papaku semalam, kami semua tidak akan tau kalau kau ada hubungan dengan Pak Ganendra, bukan?" Amora memojokkanku.

Mata Naomi menyipit. Bahkan Galaksi dan Alvin melihatku seperti hendak menelanku bulat-bulat.

"I-ini bukan seperti yang kalian kira," jawabku panik.

"Oya? Kau pikir aku salah lihat semalam? Kau pikir aku berhalusinasi? Kau pikir aku mabuk? Ck! Kia... Kia... katanya benci... Pak Ganendra galak, kejam... eh... ternyata itu cuma kamuflase?" Amora kini berkacak pinggang.

"Jadi Kia beneran tunangan dengan Pak Ganendra?" tanya Naomi seperti tidak percaya dengan berita yang dibawa Amora.

Amora mengangguk meyakinkan.
Galaksi dan Alvin mengerjapkan mata, mau tidak mau mempercayai berita yang sayangnya bukan hoax.
Aku menelan ludah dengan susah payah.

"Kia? Beneran?" Galaksi menatapku horor.

Dengan lesu aku mengangguk.

"Tapi bukan seperti yang kalian pikirkan. Suer!" aku mengangkat dua jariku.

"Jadi seperti apa Ki?" tanya Alvin tidak sabar.

"Jadi, Papaku dan Papa Pak Ganendra itu rekan bisnis, trus gak tau kebetulan atau bagaimana, mamaku dan mama Pak Ganendra itu ternyata sahabat waktu mereka SMA. Nah, dari situ akhirnya mereka sepakat menjodohkan aku dengan Pak Ganendra," kusambar es jeruk milik Galaksi dan kuminum habis, membuat Galaksi melotot ke arahku.

"Masih kurang? Nih!" Naomi menyodorkan gelasnya padaku.

Aku meringis. Tau saja Naomi kalau aku sudah bicara panjang lebar bawaannya haus melulu.

"Beneran kalian dijodohkan?" mata Amora menyipit tidak percaya.

"Suer Ra!"

"Tapi kenapa semalam kalian mesra banget?"

"Hah? Mesra? Mesra dari hongkong?" semburku kesal.

"Lah semalam Pak Ganendra terus-terusan memelukmu, Kia. Aku belum rabun ya!" seru Amora sewot.

Aku salah tingkah. Amora benar-benar membuatku terpojok.

"Itu kan Pak Ganendra, bukan aku!" kilahku dengan wajah panas karena malu dan kesal.

"Apa kau menyukai Pak Ganendra, Ki?" pertanyaan Galaksi kembali menjadikanku seperti terdakwa.

"Apa kau buta bagaimana ia memperlakukanku selama ini? Kalau mahasiswi lain senang dengan hukuman darinya, itu terserah mereka! Mungkin mereka punya kelainan. Tapi aku tidak! Aku tidak suka dengan hukuman-hukuman anehnya yang tidak masuk akal. Juga alasan-alasannya agar dia bisa seenaknya menghukum kita. Bagaimana kau bisa menanyakan apakah aku menyukainya atau tidak?" sahutku emosi.

Kutatap tajam satu persatu keempat sahabatku. Mereka semua menunduk. Wajah mereka pias. Haha... aku kalau tersinggung dan marah bisa menakutkan juga ya?

Hmm... aku tambahin saja biar mereka tambah takut. Sekali-sekali serem tidak apa-apa bukan? Hihihi....

"Kenapa diam? Jadi please, jangan menuduhku seperti itu! Dengar ya, aku muak dengan dosen tidak berperikemanusiaan itu! Kalaupun aku dan dia bertunangan, itu hanya masalah waktu! Aku hanya menuruti keinginan kedua orang tuaku. Aku akan tetap mencari cara untuk lepas dari pertunangan dengan vampir playboy penghisap darah itu!" aku mencaci dosen galak itu berapi-api. Sekalian melampiaskan kesalku. Aku menahan diri agar tidak terkikik melihat keempat orang di depanku ini saling merapatkan diri dan menunduk makin dalam.

MY POSSESSIVE LECTURER  (Sudah terbit Di GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang