16

65.6K 5K 311
                                    

Saat ini aku sudah dalam perjalanan ke bandara dengan menggunakan taksi. Mas Dewa yang menyuruhku.
Soal ajakan Kak Dion, aku memang bertemu dengannya. Tapi tidak lama. Aku tidak mau memberi Kak Dion harapan palsu. Bagaimanapun perasaannya padaku, toh sebentar lagi aku akan menikah dengan Mas Dewa. Aku tidak mau Kak Dion makin dalam menyukaiku.

Bandara selalu ramai meskipun hari masih pagi.
Setelah membayar ongkos taksi, aku bergegas turun. Kulirik pergelangan tanganku. Pasti pesawat Mas Dewa sudah mendarat.
Kubaca di papan pengumuman.
Nah, benarkan? Pesawat dari Surabaya baru saja landing.

Aku menuju ke tempat duduk yang disediakan. Sambil menunggu, kuambil ponsel dari dalam tas. Ada beberapa notifikasi. Aku mulai membuka-buka dan membaca pesan-pesan yang masuk.

Ada yang dari Amora, Galaksi, Naomi, Kak Dion...
Kak Dion? Ngapain lagi? Bukannya tadi baru saja ketemu?

Kak Dion :
Sudah mulai dipingit ya Ra?

Kak Dion :
Bintang baru saja memberiku undangan pernikahanmu.

Kak Dion :
Semoga kamu bahagia ya...

Kak Dion :
Thanks buat kenangan manisnya. Aku tidak akan pernah melupakannya.

Kak Dion :
Kalau kamu membutuhkanku, aku akan selalu ada dan siap untukmu.

TAP!
Aku refleks melonjak ketika seseorang menyambar ponselku. Tanganku terulur hendak meraih kembali dan melongo melihat siapa yang tengah memelototi layar ponselku dengan raut geram.

GLEKK!!

"M-Mas Dewa...."

Mas Dewa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel kepadaku.

"Jadi selama seminggu aku keluar kota, kamu ketemuan sama Dion?" desisnya. Matanya menyipit menatap tajam menghunjamku. Jantungku berdebar.

"Cuma.... cuma t-tiga ka-li kok Mas... itu yang pertama juga kebetulan," sahutku gugup.

"Kamu selingkuh?" tanyanya lebih seperti tuduhan.

Aku melotot. Selingkuh? Aku kan tidak berbuat apa-apa dengan Kak Dion? Enak saja ngatain selingkuh!

"Nggak!"

"Apa namanya kalau nggak selingkuh? Jelas-jelas dia chat kamu seperti ini," geramnya.

"Kak Dion juga tau kok kalau kita mau menikah! Aku juga nggak jawab waktu Kak Dion bilang cinta sama aku!" aku membela diri.

UUPSSS!!!
Sepertinya aku salah bicara ya? Wajah Mas Dewa merah padam seperti banteng melihat kain merah.
Aku mundur dua langkah, sementara Mas Dewa maju mendekat.

Aku menoleh ke sekelilingku. Beberapa orang mulai memandang ke arahku dan Mas Dewa, tertarik dengan interaksi kami.

"M-Masss.... uhmm.... ki-kita masih di bandara lho," bisikku tercekat.

Mas Dewa melirik ke sekelilingnya. Ia menegakkan punggungnya dan menarik nafas panjang. Dengan sekali sentak, ia meraih pergelangan tanganku dan menarikku mengikutinya ke sebuah taksi yang berhenti tidak jauh dari tempat kami berdiri.

Dengan gerakan tidak sabar, Mas Dewa membuka pintu dan mendorongku masuk.

"Masuk!" perintahnya geram.

Aku hanya menurutinya sambil meringis merasakan kepalaku yang sempat kejedot atap mobil.
Sambil mengusap kepalaku, aku bergeser ketika Mas Dewa merangsek masuk dan duduk di sebelahku.
Ia mengatakan sesuatu pada supir taksi yang tidak begitu kudengar.

MY POSSESSIVE LECTURER  (Sudah terbit Di GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang