15

62.2K 4.7K 374
                                    

Aku berlari kecil menuju New Rush hitam yang terparkir di halaman rumah. Pemiliknya tersenyum lebar melihatku menghampirinya. Lesung pipi yang tercetak otomatis menyempurnakan ketampanannya.

"Selamat pagi, Kiara," sapanya lembut.

"Pagi juga Kak Dion," sambutku membalas senyumnya.

"Kita berangkat sekarang?"

Aku mengangguk.

"KIARAAA..."

Aku menoleh mendapati Mama berdiri di depan pintu.

"Sebentar ya Kak," aku menghampiri Mama, sementara Kak Dion mengekor di belakangku.

"Ya Ma?"

"Kamu lupa bawa ponselmu nih," Mama memberikan ponselku. Aku menepak dahi. Pasti ponsel itu tertinggal di meja makan ketika sarapan tadi.

"Makasih Ma." kumasukkan ponsel ke dalam tasku.

"Pagi Tante," Kak Dion tersenyum menyalami Mama.

"Eh ada Dion? Kalian mau kemana?" tanya Mama ramah.

"Mau jalan-jalan saja, Tante. Mumpung libur," sahut Kak Dion sopan.

"Oh gitu. Pulangnya jangan malam-malam ya. Kasihan Dewa kalau nanti malam telfon, Ara-nya sudah ngantuk."

Kak Dion mengangguk masih tersenyum sopan. Aku mencibir diam-diam. Mama benar-benar sudah terpikat pelet Mas Dewa!

"Iya Tante. Kami berangkat dulu," pamit Kak Dion yang dibalas anggukan oleh Mama.

Huuuufttt.... akhirnya...
Aku menghembuskan nafas lega begitu mobil Kak Dion keluar dari halaman rumah.

"Kamu cantik banget hari ini," komentar Kak Dion membuka pembicaraan.

"Ih, gombal!"

"Serius, Kiara. Masa Kak Dion bohong sih?"

"Amora lebih cantik loh Kak. Masih jomblo juga. Baru putus dia. Kak Dion mau Ara comblangin sama Amora?" tanyaku bersemangat. Membayangkan Amora yang cantik dan Kak Dion yang ganteng jadian sepertinya akan menjadi pasangan sempurna.

"Kenapa nggak kamu saja, Ra?" gumamnya lirih, namun aku masih cukup jelas mendengar.

"Eeehh... maksud Kak Dion?"

"Hahaha... maksudku, rasa suka dan cinta itu tidak bisa dipaksa dan diatur, Kiara," Kak Dion mencubit pipiku.

"Aaw! Sakit Kak! Hobby banget sih cubitin pipi?" omelku justru membuat Kak Dion makin keras tawanya.

"Habis kamu lucu banget sih. Kalau aku suka pada temanmu, sudah dari awal aku pepet dia, Ra. Tapi nyatanya, aku malah pepetin kamu kan?"

"Eh? Memangnya Kak Dion pepetin Kiara?" aku menoleh, menatap Kak Dion dari samping. Pelipis Kak Dion bergerak-gerak, bibirnya berkedut seperti menahan senyum.

"Masa kamu gak merasa sih? Lagipula, aku kan sudah nyatain perasaan aku ke kamu. Ya meskipun kamunya nggak menjawab sama sekali," Kak Dion memutar setirnya sambil melirikku sekilas.

"Kak Dion kan tau kalau aku sudah mau menikah. Jadi buat apa Kakak butuh jawaban lagi?"

"Sekedar tau saja, Kiara."

"Buat apa? Toh juga tidak ada pengaruh apa-apa. Kiara tetap akan menikah dengan Mas Dewa, kan?"

Kak Dion melambatkan mobilnya dan berhenti di lampu merah, lalu menoleh memandangku.

"Kamu benar. Tapi setidaknya kamu tau bagaimana perasaanku padamu, Ra. Kenapa sih kamu mau dijodohin dengan Mas Dewa? Kenapa nggak nunggu aku saja?"

MY POSSESSIVE LECTURER  (Sudah terbit Di GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang