7

67.7K 5K 267
                                    

Kurentangkan kedua tanganku lebar-lebar. Kuhirup udara bersih dalam-dalam. Saat ini aku tidak ingin memikirkan Mas Dewa dengan keinginannya mempercepat pernikahan kami yang seharusnya masih setahun ke depan menjadi dua bulan lagi dan semua kelakuan absurd-nya. Aku ingin tenang tanpa melihat tampangnya yang menyebalkan.

Aku tidak bisa menerka ke arah mana jalan pikirannya sehingga ia menginginkan menikahiku dua bulan mendatang.

Flashback On. . . .

"Ooo.... menikah.... eh.... nikah?"

Apa? N-I-K-A-H?
OH NOOOOOOOOOO.......

"Iya Sayang, nggak apa-apa kan? Lebih baik begitu. Kalian bisa pendekatan dan pacaran lebih bebas kalau sudah menikah. Lagipula, Dewa ingin kamu menjadi tanggung jawabnya sepenuhnya," aku melongo mendengar penjelasan Mama Mala.

Yang benar saja! Ini pasti hanya akal-akalan dosen mesum itu!

"Uhm... boleh Ara bicara berdua dengan Mas Dewa?" tanyaku menahan geram.

"Tentu boleh, Sayang. Pasti kamu mau berunding soal tempat honeymoon ya?" senyum Mama Mala mengedipkan mata pada Mama yang terkikik melihatku gugup.

Astaga!
Kenapa semua seperti mendukung keinginan Mas Dewa sih?

Aku berdiri diikuti Mas Dewa. Kubawa ia menuju taman di bawah balkon kamarku yang khusus Papa rancang untukku, putri satu-satunya.
Ia menyusulku duduk di sampingku di kursi taman.

"Jadi, kamu mau Honeymoon kemana, Sayang?"

Aku mendelik kesal.

"Apa maksud Mas Dewa mempercepat pernikahan? Kenapa tidak membicarakan dulu denganku? Mas Dewa menganggap aku apa? Kalau Mas Dewa sudah ingin menikah, kenapa tidak memilih salah satu dari pacar-pacar Mas Dewa?" semburku menumpahkan kejengkelan yang sudah di ubun-ubun.

"Kan kamu tunanganku, Ara. Masa aku menikah dengan orang lain? Lagipula setiap aku akan memberitahumu, kamu selalu menghindar. Benar bukan kamu selalu menghindariku? Aku bahkan belum menghukummu karena sudah meninggalkanku di tempat reuni itu dan pergi dengan Jovan," sahutnya santai, tapi matanya menatapku galak.

"Tapi Mas Dewa tidak bisa memutuskan hal seperti ini secara sepihak! Pokoknya aku tidak mau! Tidak mau!"

"Tapi aku mau dua bulan lagi kita menikah. Gimana dong?" ia memandangku sambil bersedekap. Dasar gila!

"Aku tidak mau! Mas Dewa harus batalkan rencana gila itu!"

"Rencana gila yang mana? Masa merencanakan menikah disebut rencana gila?"

"Mas, kita tidak saling mencintai. Kenapa Mas tidak memikirkan bagaimana pertunangan kita batal, tapi malah berencana mempercepat pernikahan?"

"Mama ingin menjadikanmu menantunya," jawabnya kalem.

"Mas kan bisa mengajukan pilihan dari sekian banyak pacar Mas Dewa pada Mama Mala," aku semakin kesal karena ia begitu menyebalkan.

"Mamaku memilihmu sejak pertama kali melihatmu. Aku hanya berusaha mewujudkannya. Kenapa kau mempersulit? Terima saja, Ra," ujarnya membuatku lemas. Nampaknya pembicaraan ini tidak akan memperoleh titik temu.

"Tapi Mama Mala kan tidak meminta kita menikah secepatnya!"

"Ya tidak apa-apa dipercepat. Supaya kamu tidak asal kabur-kaburan!"

AAAARGHHH!!!!

.

.

Flashback Off.

MY POSSESSIVE LECTURER  (Sudah terbit Di GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang