19

73.7K 4.7K 168
                                    

Aku tergeragap bangun dengan nafas tersengal. Baru saja aku bermimpi tengah bermain ayunan di sebuah padang ilalang dan tiba-tiba saja ada yang membekapku dan membuatku sesak nafas.

Mataku melotot menyadari Mas Dewa tengah menciumku. Sontak kudorong tubuh beratnya.

"MAS DEWA!" bentakku kesal. Mataku memindai melihat ke sekeliling.

Mas Dewa terkekeh pelan.

"Eh? Kita sudah sampai? Kok gak berasa? A-Apa Mas Dewa yang menggendongku?" wajahku menghangat ketika menyadari bahwa aku tertidur di pesawat.

"Tentu saja. Memang siapa lagi yang akan menggendongmu? Lagipula, aku tidak akan pernah mengijinkan pria manapun menyentuhmu!" jawab Mas Dewa mencebik sedikit sewot.

Aku mencibir
Mas Dewa selalu begitu.

"Thanks," kataku pelan, mendorong dadanya menjauh. Aku tetap saja merasa jengah jika Mas Dewa dekat-dekat begini. Apalagi mengingat bagaimana ia selalu berhasil membuatku melayang dengan setiap sentuhannya. Yah meskipun ketika melakukannya pertama kali rasanya sangat sakit!

Mas Dewa menyeringai. Terbuat dari apa sih tubuhnya? Kenapa keras sekali?

"Mas Dewa, aku lapar,"" aku cemberut melihatnya sama sekali tidak bergerak dari posisinya saat ini.

"Aku juga lapar," ujarnya menatapku lekat seperti hendak menelanku bulat-bulat.

"Ya sudah, ayo makan," kudorong dada Mas Dewa menjauh.

"Makan kamu..." sambungnya menurunkan tubuhnya dan mulai mendekatkan wajahnya.

"MAS DEWA!" bentakku sedikit kesal saat ia menempelkan bibirnya mencium pipiku.

"Kenapa sih dari tadi bentak-bentak terus?" gumamnya menjilat daun telingaku. Geli!

"MAS! Aku lapar!" sentakku merengek. Aku benar-benar lapar.

Mas Dewa memandangku beberapa saat, lalu menjauhkan tubuhnya dan menarikku berdiri bertepatan dengan pintu diketuk.
Ternyata Mas Dewa sudah memesan makanan.

"Nah, kita makan sekarang. Setelah itu, aku tidak akan membiarkanmu lepas dariku," ia mengedipkan mata padaku.

Oh! Apa dia bermaksud untuk.....
Ya ampun! Kenapa jantungku malah berdebar-debar?

.

.

.

💟💟💑💟💟

.

.

.

Aku baru saja keluar dari kamar mandi saat Mas Dewa meletakkan ponselnya ke atas meja kecil di dekat tempat tidur. Ia bergegas berdiri dan meraih pinggangku.

"Kenapa mandi duluan? Aku kan bisa memandikanmu," bisiknya membuat bulu kudukku meremang. Dasar mesum!

"Gerah. Pengen cepet mandi," sahutku mengencangkan ikatan kimono handuk yang kukenakan.

"Mau mandi lagi?" tawarnya membuatku mendelik. Ia terkekeh.

"Mas Dewa buruan mandi sana!"

"Hmm.... masih terang, Kiara. Yakin tidak mau melihat matahari terbenam?" tanyanya melepaskan jepitan rambutku yang kupasang asal-asalan hingga rambutku kini tergerai.

Aku menggeleng. Rasanya capek sekali hari ini. Lihat saja kulitku sudah kecoklatan. Sudah seperti anak pantai saja.

"Baiklah, aku bisa menemanimu dimanapun," ujarnya menunduk, mengecup dahiku dan menyentuhkan ujung hidungnya ke ujung hidungku.

MY POSSESSIVE LECTURER  (Sudah terbit Di GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang