part 14

24 1 0
                                    

Pagi ini Nio ingin menemui Olive, sudah beberapa hari sejak insiden Helena itu dan Olive tidak pernah mengungkitnya lagi. Nio pun tidak mau mengganggu Olive. Lagi pula dia sudah bilang kalau Helena itu hanya sahabatnya. Dia berjalan menuju kelas Olive, dia tidak menjemputnya karena jarak kediaman Olive dengan sekolah sangatlah dekat. Dari jauh dia melihat gadis yang sekarang menjadi pacarnya itu tampak sedang memukul bahu seorang cowok yang kalau dia tidak salah... Vano?!

Sudah bukan rahasia lagi jika mereka itu jarang akur, tapi tetap saja Olive seharusnya menjaga jarak darinya, bukankah dia sudah menjadi milik seseorang? Tau tiba-tiba dadanya merasa panas saat Vano mencubit hidung Olive gemas, dan menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Yang diperlakukan seperti itu hanya cemberut kesal, lalu kemudian tertawa. Nio tanpa sadar mengepalkan tangannya, tidak itu tidak boleh dibiarkan.

"Olive.." panggilnya saat merasa jaraknya sudah cukup dekat. Dengan cepat Olive menoleh, sambil tersenyum.

"Oh, hai.."

"Enak ya main nyubit hidung cewek orang," sindir Nio.

"Eh, sori bro, abis gue gemes." jawab Vano santai.

"Lo kata cewek gue anak TK bikin gemes?!" Sentak Nio.

"Wohoho, selaw gue cuma becanda aja tadi, iyya nggak Lif?"

Olive yang daritadi hanya diam, mengangguk.

"Iyya kita tadi cuma becanda."

"Tapi nggk usah pake acara nyubit hidung segala, serasa yang jadi pacar kamu itu dia bukan aku." Sungut Nio. Olive tersenyum, Nio sangat lucu kalau lagi cemburu seperti ini. Reflek dia menyentuh pipi Nio. Mengelus pipi berahang tegas itu.

"Oh kamu cemburu? Kok nggak bilang sih?" Olive menggoda Nio. Nio yang pipinya dielus oleh Olive merasa rasa kesalnya mulai mereda. Dia kemudian tersenyum.
"Iyya aku cemburu, aku nggak suka liat kamu deket-deket sama Vano, atau siapapun itu." tuturnya.

"Percaya deh sama aku, walaupun aku punya banyak kenalan ataupun temen cowok, aku nggak bakal pindah hati. Ngerti kan maksud aku?"

"Ya udah ke kantin yuk." Nio mengenggenggam tangan Olive erat. Dan menatap mata coklat pekat milik Olive, yang ditatap hanya membalas menatap sambil tersipu.

"Ekhem, udah ah tatap-tatapannya berasa nonton drama korea gue, ditemenin nyamuk. Kalo mau pacaran jauh-jauh sana." Vano yang dari tadi memperhatikan mereka mengeluarkan suara.

"Udah ah nggak seru berasa obat nyamuk gue." sambungnya sambil melangkah menjauh dari pasangan yang membuatnya merasa aneh.
Olive menatap punggung Vano yang mulai menjauh.

"Ya udah yuk kekantin." ucapan Nio membuat kesadaran Olive kembali dan mengalihkan tatapannya.

"Ayo."

#

Sesampainya dikantin, Nio dan Olive langsung memesan makanan dan duduk di meja yang dekat dengan sudut kantin. Nio duduk dihadapan Olive sambil terus melempar senyum ke arah Olive.

"Temen kamu mana?" Tanya Olive. Dia tidak tahan dengan situasi canggung semacam itu.

"Dikelas, kamu sendiri?  Biasa bareng Agnes sama Felisyia, sampe aku nggak bisa bareng kamu ke kantin.."

"Lagi mager katanya, ya udah makan yuk, makanannya nanti dingin.."

"Olive kamu kenapa nerima aku sebagai pacar kamu?"

"Eh itu..."

"Jawab aja, masa kamu mau nerima aku gitu aja, yang jelas-jelas dulu baru kenal.."

"Sebenarnya aku udah suka kamu dari dulu.."

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang