part 05

22 3 2
                                    

"Iyya nggak apa-apa kok. Lanjutin yuk makannya," kata gue mengalihkan pembicaraan.

"Iyya deh." kata Nio.

Kami pun makan dengan diam, jujur gue merasa akward gara-gara pertanyaan abang roti tadi, tapi gue liat Nio biasa aja, jadi gue juga berusaha bersikap sama. "Ekhem..." tiba-tiba terdengar suara Nio berdehem. Gue menatap kearahnya.

"Kok kita diem-dieman mulu yah dari tadi ? Gue kan ngajak lo kesini buat seru-seruan, berbagi cerita gitu," katanya.

"Ah iyya ya, nggak tau nih. Nggak nemu topik yang bagus kali,"jawab gue ... asal.

"Eh btw, lo punya hubungan apa sama Vano ? Lo beneran saudaraan sama dia ? Atau lo punya hubungan khusus sama dia ? Kalian keliatannya deket banget," cerocos Nio. Satu lagi fakta tentang dia, dia itu bisa cerewet juga.

"Oii santai bro nanyanya, satu-satu bisa kali," kata gue.

"Upss, sorry," katanya sambil tersenyum.

"Ehm ... gue sama Vano ya ? Gue nggak  saudaraan sama Vano, nggak tau kenapa nama kita bisa mirip. Hubungan gue sama dia ?  Gue temenan sama dia, gue nggak tau kenapa bisa temenan sama cowok somplak kek dia,"jawab gue panjang.

Nio terlihat mengangguk paham. "Lo bilang tadi Vano itu cowok somplak, kok bisa lo ngatain dia kek gitu? "

"Hehehe, di kelas itu kerjaan Vano cuma dua, kalo nggak bolos alias tidur, yah dia ngganguin gue,"

"Ya lo nggak marah gitu? "

"Buat apa gue marah?  Makin gue marah, makin seneng dia,"

"Oo gitu ya ... gue boleh nggak ngganguin lo juga ??" Kata Nio sukses bikin gue ... cengo (lagi).

"Lo ngomong apaan sih??  Gaje deh," kata canggung.

"Hahaha, lo lucu kalo lagi malu kek gitu," kata Nio sambil tertawa lepas. Sial.

"Lif, kalo suatu saat ada orang yang suka sama lo, trus dia nembak lo, lo terima nggak ?? " katanya tiba-tiba setelah tawanya reda.

"Ya tergantung sih,"

"Tergantung gimana maksudnya ?"

"Ehm-----"

Drrrttt drttttt.

Ucapan gue terpotong oleh getaran benda persegi yang ada di tas gue. Bagus, gue nggak perlu ngejawab pertanyaan Nio.

Papa's calling...

"Siapa Lif ?" Tanya Nio.

"Papa gue," jawab gue.

"Oh angkat aja."

Gue cuma ngangguk.

"Halo Pa,"

"....."

"Oh iyya Pa, Olive lagi di luar, kenapa Pa ??"

"...."

"Hah serius Pa ??"

"....."

"Ok deh Olive pulang sekarang. Dah Papa."

Gue menutup telepon gue.

"Em, Nio gue kayaknya harus pulang deh. Papa gue udah pulang, dan dia nyuruh gue balik sekarang. Lo nggak apa-apa kan ?? "

"Ah iyya, gue anterin lo pulang,"

"Nggak usah gue bisa naik taksi,"

"Nggak boleh, gue nggak mau lo kenapa-napa, ini kan udah malem," kata Nio.

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang