Part 06

10 3 0
                                    

"Ya Allah, lo lagi ngapain sih Do??!" pekik Brian saat pertama kali masuk ke kamar Vano.

"Eh Brian, hai..." sapa Aldo dengan tampang tak berdosanya.

"Ya Oloh ... Aldo!!! Lo apain kamar gue ampe kayak kandang babi kek gini ?!" geram Vano.

"Hehehe gue nggak ngapa-ngapain, cuma ambil cemilan tadi di bawah trus gue makan sambil main game," jelasnya polos.

Benar saja kamar Vano seperti kapal pecah, bungkus cemilan berjenis keripik bertebaran dimana-mana, kulit kacang dan kuaci bertebaran di karpet, tas mereka semua berserakan di lantai, seragam mereka pun bernasib sama.

"Lo tuh ya bener-bener minta di tabok ! Lo ngga bisa bedain mana kamar mana kandang babi, otak lo lo taruh dimana??! Dengkul ?! " cerca Alvin pedas.

"Yah kok dedek Aldo di marahin sih, Aldo minta maaf, dedek nggak sengaja, Yah ..." pinta Aldo dengan puppy eyes yang membuat siapapun ingin muntah.

"Eh gue bilangin sama elo jangan sok imut ya, jijik tau nggak .... lo tuh cowok Do, gue sebagai bangsa sejenis elo, malu tau nggak!" semprot Fadel.

"Ho-oh pantes aja cewek pada lari saat lo deketin, tingkah lo itu malu-maluin banget sih..." tambah Brian.

"Pokoknya gue nggak mau tau, lo harus beresin kamar gue, ampe bersih kayak semula, kalo nggak---" Vano menggantung ucapannya.

"Kalo nggak apa Van ?" Tanya Alvin.

"Jangan harap harta berharga lo bakalan selamat!"ancam Vano yang membuat Aldo seketika bergidik ngeri sambil memegang yang dimaksud Vano.

"Jangan dong Van, kasian dedek gue kalo lo apa-apain," ucapnya memelas.

"Tapi sumpah ya Van, demi emak gue yang masih perawan, lo kejam banget tau nggak!!" sambungnya dengan nada sedikit keras.

Takkk..

"Aduh, ish ... kasian banget pala gue, jadi korban mulu, apaan sih Vin ??!" Sungut Aldo sambil meringis. Dia mengusap-usap kepalanya yang dijitak keras oleh Alvin.

"Lo ngomong apa sih?? Kalo emak lo masih perawan, lo anak siapa ?? Mba kunti ??" Tanya Alvin.

"Wah gue curiga, jangan-jangan lo bukan anak om Adrian lagi, lo mungkin cuma dipungut jalanan," kata Fadel.

"Enak aja lo, sini gue tes DNA, biar lo semua pada yakin," kata Aldo.

"Alah paling lo cuma ditemuin di bawah pohon pisang, yang udah dikerubungi semut," kata Brian.

"Kasian banget idup gue,"

"Sejak kapan idup lo beruntung ??" Cibir Alvin.

"Ihhhh abang semua jahat!!" Pekik Aldo. Dia kembali lagi, baru beberapa menit yang lalu dia normal.

"Eh sekali lagi lo ngomong kek gitu gue tabok lo pake baskom," ujar Brian.

"Ya abang Ian kok gitu, abang nggak kasian sama dedek, awas ya bang ntar dedek nggak kasih jatah nanti subuh..." bukannya takut dengan ancaman Brian dan berhenti, Aldo malah tambah parah.

"Apa lo bilang??! Lo kira gue cowok apaan, mau sama makhluk jadi-jadian kek elo??!!! " cerca Brian dengan emosi yang sudah di ubun-ubun.

"Udah ah, beresin kamar gue cepet," lerai Vano, dia sendiri angkat tangan dengan Aldo.

Aldo pun melakukan apa yang diminta Vano, dia tau bagaimana jika seorang Vano sudah marah, dia akan melakukan apa yang dia katakan. Membayangkan ancaman Vano padanya saja dia tidak berani.

Sementara Aldo membereskan kekacauan yang dibuatnya sendiri, mereka berempat keluar untuk makan. Bukan makan siang karena jam makan siang sudah lewat dari tadi. Mereka makan di rumah Vano, hal itu sudah sering mereka lakukan, dan Vano pun tidak keberatan.
Mereka berlima memutuskan untuk bermalam, masalah baju, mereka bisa memakai baju milik Vano.

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang