part 19

20 0 0
                                    

Sekarang sudah terhitung sudah hampir dua minggu sejak putusnya Olive dari Nio. Dan Olive menjadi lebih dekat dengan Vano. Bayangkan saja hampir setiap sore Vano datang kerumahnya untuk merecokinya saat tidur. Kedua orang tuanya bahkan sudah kenal dengan Vano. Dan mereka suka dengan Vano yang konyol tapi sopan. Entah belajar darimana dia, pandai sekali mengambil hati kedua orang tua Olive. Olive sendiri bingung. Dan lama kelamaan dia mulai terbiasa dengan Vano.

Dia sudah agak lupa dengan kisahnya bersama Nio walau Nio masih terus berusaha menghubungi Olive tapi Olive diam saja. Dia tidak ingin diganggu oleh masa lalu. Dia masih berusaha menata hati. Dan ingin membuka lembaran baru, dia ingin meninggalkan lembaran lama hidupnya yang sudah penuh coretan tak berwarna.

Dan sudah terhitung selama hampir dua pekan ini, Felisyia berubah drastis. Tubuhnya semakin kurus, dan bola matanya kian cekung. Dia juga kehilangan nafsu makan, kulitnya semakin pucat serta bibir merahnya perlahan berubah menjadi pucat dan pecah-pecah. Dia juga menderita sariawan parah. Membuat kedua sahabatnya semakin khawatir.

Agnes dan Olive sudah berulang kali membujuknya untuk ke dokter. Tapi dia selalu menolak, dia selalu mengatakan hanya butuh istirahat. Membuat Agnes dan Olive mulai curiga. Apalagi mereka pernah menemukan botol kecil berisi pil putih di tas milik Felisyia dan saat ditanya jawaban Felisyia cukup masuk akal. Obat. Tapi ekspresinya saat mengatakan itu membuat keduanya sulit percaya, mereka yakin Felisyia menyembunyikan sesuatu dari mereka belakangan ini.

Seperti saat ini, Felisyia sedang menelungkupkan kepalanya dengan lemas diatas meja, kepalanya berdenyut sakit luar biasa, kepalanya serasa dipukul dengan palu besar tak kasat mata. Sementara kedua sahabatnya sudah dia suruh ke kantin duluan.

Cairan merah tiba-tiba mengucur cukup deras dari hidungnya. Felisyia panik, untung saat ini kelas hampir kosong. Jadi tidak ada yang terlalu memperhatikannya. Dia mengusap darahnya yang mengucur deras dengan sapu tangan putih miliknya, tapi bukannya berkurang, darahnya semakin banyak. Sapu tangannya sudah berubah merah.

Kepalanya semakin pusing, pandangan matanya mulai tidak jelas. Dia oleng dan kepalanya jatuh diatas meja. Dengan sisa kesadarannya dia masih mencoba membersihkan wajahnya. Dia meraih sebuah kertas dan pulpen didekatnya. Dia berusaha keras untuk tetap sadar, dia menulis sesuatu dikertas itu dengan tangan penuh darah. Pulpennya jatuh, dan kertasnya dia genggam erat. Lalu semuanya hilang.

Sementara itu di kantin, perasaan Olive tidak menentu.

"Pas dinner kemarin, si Felisyia nggk pernah cerita ya ? Padahal ini udah berapa hari kan ya ??" Kata Agnes.

"Iyya juga ya, biasanya dia heboh banget kalo masalah beginian.."

"Kalo ditanya dia cuma ngalihin pembicaraan kan aneh.."

Agnes hanya mengangguk, karena mulutnya penuh.

"Nes, lo udah belum??  Kok gue tiba-tiba ngerasa aneh ya??" Sahut Olive. Agnes yang baru saja menyesap minumannya bergeming.

"Udah, gue juga nih.. gue rada merinding gitu.."

"Felisyia baik-baik aja nggak sih?? "

"Gue rasa dia nyembunyiin sesuatu yang besar dari kita.."

"Iyya, trus pandangan matanya kosong gitu.."

"Dia nggak pernah cerita apapun ke kita soal keluarganya.."

"Iyya padahal kita tau, kalo dia udah anak broken home.."

"Gue juga nggak mau nanya, abis dia aneh gitu, trus kayak lagi sakit juga... "

"Gue ngerasa bego banget jadi sahabat dia.."

"Gue juga.."

Tiba-tiba seisi kantin riuh, anak-anak berlarian keluar sambil berteriak tidak jelas.

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang