Part 26

1 0 0
                                    

Setelah tinggal dirumah selama beberapa hari, Felisyia masuk sekolah kembali seperti biasa. Namun karen kondisinya yang lemah dia semakin sering mimisan. Membuat teman sekelasnya heran, ini karena sosoknya yang dikenal hiperaktif dan selalu ceria harus berubah menjadi orang yang lemah dan berwajah pucat. Wajah pucatnya sedikit tersamarkan dengan bantuan make up yang ia pakai saat akan kesekolah. Rambutnya perlahan mulai menunjukkan kerontokan hebat, membuatnya harus memakai rambut palsu untuk menutupinya.

Ia masuk sekolah karena keinginannya sendiri meski seharusnya dia dirawat, sehingga pilihannya adalah tetap menjalani perawatan yang lebih intensif demi mengalahkan penyakitnya. Orang tuanya belum ia beritahu. Fesliyia sudah memutuskan untuk sampai mati tidak akan memberitahu mereka. Dia merasa terlanjur dibuang oleh mereka.

Permintaanya yang dia bicarakan dengan Vano dirumah sakit berdua sampai saat ini belum ada yang tahu. Hanya saja perubahan sikap drastis dari perlakuan Vano yang menjadi pusat perhatian sahabat mereka. Terlebih Olive. Seperti pagi ini dia melihat dengan telaten Vano memberikan perhatian pada Felisya, dan jujur saja yang membuat Olive semakin bingung dan sakit hati adalah perlakuan Vano begitu manis padanya saat dirumah, meski tidak sering karena terkadang dia juga harus meluangkan waktunya untuk Felisya.

"Fel makan dulu ya, ini gue beliin tadi dikantin, biar lo nggk usah antri trus desak-desakan disana." Ujar Vano sambil menyodorkan kantung plastik berisi makanan. Saat ini kelas sepi karena jam istirahat. Olive dan Agnes yang menyaksikan itu hanya tertegun. Sementara keempat sahabat Vano sudah melengos lebih dulu ke kantin.

"Makasih Van, tapi ini---"

"Tenang aja, gue hafal apa aja yang lo harus hindarin makan, ya udah makan cepet, gue mau ke kantin lagi, kalo butuh apa-apa hubungin gue.." Vano segera pergi setelah mengelus kepala Felsyia singkat, tetapi juga melirik Olive dengan tatapan yang sedikit sendu. Perlakuan Vano membuat senyum Felisya melebar berbeda denga Olive yang luka hatinya yang bertambah lebar.

"Gila, Vano masih seperhatian itu, hubungan lo sama dia apaan sih, heran gue." Cetus Agnes setelah Vano menghilang dari pandangannya.

"Jodoh gue, ehehehe..." jawab Felisyia sambil nyengir asal.

"Sebenarnya nasib perjodohan lo gimana sih ? Bingung gue nggak ngerti." Ujar Agnes lagi.

"Vano batalin, tapi buat sementara waktu gue pengen kek gini aja dulu."

"Fel ucapan lo bikin gue merinding tau nggk, kek orang mau pergi lu." Sahut Olive setelah terdiam beberapa saat. Felisyia tersenyum getir dalam hati.

"Apaan sih Lif, gue baik-baik aja, lo nggak liat gue masih berusaha lawan penyakit sialan ini." Jawab Feslisyia santai sambil tetap cengengesan.

"Feeling gue langsung nggak enak pas lo ngomong gitu. Gue harap lo nggak nyembunyiin apapun dari kita." Entah kenapa Olive serius dengan ucapannya.

"Gapapa woi, ya udah gue kapan makan nih lo cecarin mulu, kalian juga dah makan sono. Nih gue traktir." Ujar Felisyia sambil mengibas tangannya mengusir sahabatnya itu ke kantin.

"Makan aja napa, ntar juga nanti kita kesana. Temenin elu dulu." Kata Agnes.

"Gak, jam istirahat lu pikir bisa lu tambah seenak lu. Udah sana.."

"Nanti lu kenapa-kenapa gimana ?"

"Elah Lif gue udah berapa hari ini dirumah, lu berdua juga udah sering awasin perkembangan gue, ngapa lebay gini dah.. udah sono gue baik-baik aja."

"Tapi—'

Kruuyuukruyuukk

Ucapan Olive tertahan oleh bunyi perutnya bersamaan dengan Agnes. Pertanda perut mereka minta diisi.

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang