part 22

24 0 0
                                    

Olive datang ke sekolah pagi-pagi, lain dari biasanya. Alasannya dia tidak mau bersama Vano. Lelaki itu pasti akan sangat berisik jika bersama dengannya. Gosip mulai beredar tentang dirinya dengan Vano.

Dulu gosip tentangnya memang selalu ada, tapi mudah untuk dihilangkan begitu saja. Olive juga tidak mau ambil pusing. Asal mereka tidak main fisik, Olive akan diam saja. Tapi sekarang kelompok pembencinya semakin besar, apalagi sejak dia putus dengan Nio, ada saja gosip aneh tentangnya.

"Pagi Olive!" Suara bass tiba-tiba memenuhi pendengaran Olive. Dan sedetik kemudian sebuah tangan bertengger di bahunya.

"Apaan sih lo, bisa nggk klo datang kagak usah kek jelangkung ?!" Kesal Olive. Sia-sia saja dia datang pagi-pagi.

"Hush galak amat sih, ya nggak apa-apa dong, lo kan lagi sendiri. Lagian gue ditugasin jagain elo sama bokap lo." Penjelasannya membuat Olive memutar bola matanya kesal.

"Turunin tangan lo nggak?!" Dingin Olive.

"Dih nggak, emang siapa yang bakal marah ?" Ejek Vano.

"Lo tuh ya---"

"Diem!" Ekspresi Vano berubah serius. Membuat Olive diam. Tangannya turun dan menggenggam tangan Olive erat, lalu berjalan santai sambil menggandeng Olive. Olive mencoba melepas genggamannya tapi Vano mengenggam tangannya terlalu erat, tapi tidak menyakiti. Membuat Olive pasrah dan mengikuti langkah Vano. Jujur saja detak jantungnya tidak normal sekarang, dan tangan yang menggenggamnya terasa hangat dan nyaman.

Perlakuan Vano tak luput dari perhatian semua penghuni sekolah. Tatapan tak percaya, kaget, heran, iri, dan kagum menerpa mereka. Membuat Olive berjalan risih. Akan tetapi Vano hanya menanggapinya biasa, seolah apa yang dia lakukan bukan apa-apa.

Perasaan Olive tak karuan, genggaman Vano masih anteng berada ditangannya. Tentu Olive masih kesulitan untuk melepasnya. Olive merasa mulai aneh dengan dirinya, disatu sisi ia merasa tangan hangat itu membuatnya nyaman, disatu sisi pandangan aneh dari sekitarnya membuatnya sedikit risih. Dan entah kenapa Olive merasa koridor sekolah lebih panjang dari biasanya. Ia merasa kelasnya sangat jauh untuk dijangkau.

Begitu sampai di depan pintu kelas mereka, barulah tangan Vano terlepas dari tangan Olive. Dia berjalan mendahului Olive menuju ke arah tempat duduknya, dimana keempat sahabatnya juga sudah ada disana sambil terus membully Aldo. Olive pun melangkah ke arah kursinya, dimana Agnes dan Felisyia sedang anteng bergosip ria. Entah gosip apa.

"Wesss, masih pagi udah ngegosip bae." Cetus Olive saat sudah berada tak jauh dari Agnes dan Felisyia. Matanya sekali melirik ke arah Vano yang sudah ribut bersama keempat sahabatnya.

"Biarin aja lah Lif, bilang aja lo mau ikutan." Sambar Felisyia jahil. Seringai di wajah pucatnya muncul.

"Enak aja, gue bukan biang gosip kek elo." Sanggah Olive.

"Lif, lo kok gue liat-liat udah kagak galak beut ama Vano." Ujar Agnes tiba-tiba.

"Galak apanya ? B aja perasaan, mikir aneh-aneh kan lo soal gue ?" Selidik Olive.

"Apaan lo nyangkal, semua anak juga tau kalo lo galak ama dia, iya nggk Fel ?"

"Hooh" sambung Felisyia, mengangguk membenarkan.

"Lo ada apa-apa ya sama dia ?" Ucapan Agnes membuat Olive bingung,

"Apaan sih lo semua pada ngawur, enggak lah," Sahut Olive gamang.

"Lagian kok lo mikir gitu sih Nes ? Vano kan bakal di jodohin ama Felisyia, yakali gue ada apa-apa sama dia, gue makan temen dong, aneh deh lo." Ucap Olive, dia benar-benar tidak enak pada Felisyia.

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang