Part 24

9 0 0
                                    

Felisyia masih terisak, sementara kedua sahabatnya terdiam. Mereka tidak mau memaksa Felisyia bercerita lebih jauh lagi. Karena mereka sendiri juga merasa sesak saat mendengar cerita Felisyia yang sangat tidak terduga. Mereka hanyut dalam pikirannya masing-masing. Hingga sesuatu tiba-tiba terbesit dalam otak cantik Olivia.

"Fel..." panggilnya ragu. Felisyia mengarahkan pandangannya ke Olive, menatap Olive dengan pandangan bertanya.

"Trus, gimana sama perjodohan lo sama Vano ? Apa bakal lanjut ?" Tanya Olive pelan. Entah ada sedikit rasa tidak rela saat menanyakannya.

"Dengan kondisi gue yang kek gini, gue rasa enggak. Gue malu buat nunjukin muka gue ke dia, bagaimana bisa gue khianatin cinta pertama gue semudah itu ?" Ujar Felisyia sambil berusaha tersenyum. Pernyataan itu membuat sahabatnya melotot tak percaya.

"Gue dibutakan pesona Arman, dan pengaruh obat itu. Membuat gue bahkan lupa sama diri gue sendiri untuk sejenak." Lanjutnya.

Olive tak menyangka kalau ternyata malah seperti ini. Dia prihatin sekaligus merasa tak rela mendengar fakta baru itu. Dia merutuki dirinya sendiri dalam hati yang malah memikirkan perasaanya yang masih abu-abu dikondisi seperti ini.

Agnes kemudian beranjak ingin keluar, rupanya sudah lama mereka disana, dan sepertinya perutnya butuh asupan. Sejujurnya dia masih kecewa dan sedih dengan semua ini, tapi kembali lagi jika terkadang manusia tidak berdaya dihadapan takdir.

"Gue laper nih, mau nyari makan. Lo mau nitip nggak Lif ? Lo disini aja jagain Feli." Ujar Agnes.

"Eum, memangnya lo mau beli dimana ? Di kantin rumah sakit atau mau keluar ?" Sebelum menjawab Olive balik bertanya.

"Gue mau keluar aja, rencana gue mau beli nasi campur di warung ujung jalan depan rumah sakit ini."

"Kalo gitu beli 2 porsi Nes, kebetulan gue emang pengen makan nasi campur."

"Lo nggak nanya ke gue Nes, gue mau pesan apa ?" Tanya Felisyia.

"Lo nggak usah macem-macem, gue beliin lo bubur ayam." Sahut Agnes.

"Eh, tau aja gue lagi pengen bubur ayam. Hehehe." Felisyia kembali menyengir seperti kebiasaannya. Tetapi hanya dibalas gumaman oleh Agnes lalu segera keluar dari kamar rawat Felisyia.

Olive kembali duduk di sofa, mengecek ponselnya yang sempat berdenting sepeninggal Agnes.

Vano sableng : gue ama anak2 otw nih.. jan kmn2 yaa

Olive geli sendiri melihat nama kontak Vano di ponselnya, dia mengubahnya beberapa waktu lalu, setelah Vano merecokinya membaca novel.

Olive : emangnya gue mau kmn ? Lo kata gue tega ninggalin Felisyia sendrian

Vano sableng : siapa tau lo keluar mau nyambut gue😉

Olive : sumpah kepedean lo!

Vano Sableng : fufu ya udh lah, entar gue telat ini, gue udh ketinggalan yg laen gegara singgah dulu bales cht lo.

Olive : bego, segitu amat. Ya udh sana! Jan buat Felisyia sedih gegara nunggu lo kelamaan.

Vano Sableng : iya mak, bawel amat.

Olive hanya membaca pesan Vano saja, sikapnya membingungkan. Pesannya tadi seolah-olah mengatakan kalau Olive adalah prioritasnya sampai sengaja memberhentikan motornya hanya untuk sekedar membalas pesannya.

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang