42. "surat perceraian"

5.1K 157 23
                                    

Hari ini adalah hari pertama ku melakukan ujian nasioal jujur saja aku sangat gugup Setelah sekian lama tak bersekolah akhirnya aku sekolah juga . Aku jadi sangat rindu pada sekolah .

Aku turun dari kamar ku setelah bersiap siap , banyak maid yang menatap ku kasihan . Aku hanya tersenyum menanggapi mereka .

"Nyonya ingin sarapan dulu ? Sudah saya siapkan " aku hanya menggeleng .

"Tidak bi . Livy sarapan di sekolah aja bareng livia , kalau gitu livy pergi dulu ya bi . " dia mengangguk .

Aku membuka pintu depan dan melihat willy yang sedang tersenyum di hadapan ku . Jantung ku mulai berdegub kencang melihat nya seperti ini , sangat kacau .

Baju yang terakhir kali ia pakai saat berjumpa dengan ku , rambut yang berantakan , mata yang memerah dan bengkak , sudut bibir yang pecah , baju yang keluar dan sangat kotor bercampur darah celana yang sangat tidak pantas di sebut celana .

"L...liv" panggil nya parau . Aku ingin mengangis melihat nya seperti ini . Dengan cepat aku menyerka air mata ku .

Tanpa memperdulikan willy aku berjalan melewati nya , air mata ku jatuh aku menyerka nya kembali . Tak menutup kemungkinan jika aku merindukan nya .

Willy mencekal tangan ku , tangan nya sangat dingin saat menyentuh permukaan kulit ku .

"K..ku mohon liv dengarkan penjelasan ku " suara nya bergetar . ' apakah ia menangis ?' Dada ku sakit melihat nya begini, air mata sudah tak dapat berhenti . Aku sangat sakit melihat nya begini .

"L..liv aku mohon " aku menangis dalam diam , sangat jelas terdengar jika willy menangis .

Aku memutarkan tubuh ku menghadap nya , aku mendekati nya mengikis jarak antara aku dengan willy . Aku menghapus air mata nya yang telah jatuh dan merapikan rambut nya yang sangat berantakan .

"Tunggulah dirumah will , aku akan pulang " willy tersenyum perih "dengan surat perceraian kita " aku menahan air mata ku agar tidak jatuh di hadapan nya . Di depan willy aku harus terlihat kuat .

"L..liv " aku menatap matanya lemat tersirat kesedihan di mata nya , bahkan sangat .

"Aku sudah terlambat" aku pergi meninggalkan willy . Tetapi tangan ku dicekal kembali oleh nya .

"L..liv " aku menepis nya kasar lalu berjalan ke mobil . Di dalam mobil aku menatap willy yang sedang menangis bahu nya bergetar ia menarik rambut nya kasar .

Aku menangis melihat nya seperti ini , hati ku seakan menyuruh tetap disisi nya tetapi otak ku menyuruh ku untuk tetap pergi . Aku menghapus air mata ku 'kau bisa livy !' Aku menguatkan diriku sendiri .

"Ayo pak "

●°●

H

ari demi hari telah ku lewati dengan berjalan baik , tidak ada masalah sedikit pun.

Ini adalah hari terakhir aku ujian selama 4 hari aku tak pernah bertemu lagi dengan nya. Om alex sudah memberikan ku surat perceraian hanya saja aku membutuh tanda tangan willy untuk melaporkan ini kejaksaan.

"Kau yakin ingin bercerai dengan nya liv ?" Aku menatap om alex , dengan ragu aku mengangguk .

"Kau minta tanda tangan nya , aku selalu menghubungi mu kenapa kau tak pernah menjawab nya ?" Aku terkekeh pelan

"Aku lupa menaruh dimana ponsel ku " aku selalu membawa nya . Ratusan panggilan masuk dan ribuan pesan masuk ke ponsel ku yang membuat ku menjadi malas melihat ponsel ku
"Kenapa kau tak ikut coret coret liv ?"

WHEN I MERIED ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang