Shocked #2

5.6K 309 2
                                    

.
.
.

'Ting ting tong'

Bel telah berbunyi tanda waktu istirahat sudah berakhir, aku dan Mila segera kembali ke kelas.

"Pinjam hp mu dong"
Mila mengadahkan tangan kanannya padaku untuk meminta ponselku saat perjalanan menuju kelas kami.

"Nih! Buat apa?"
Tanyaku sambil memberikan ponselku padanya.

Aku hanya dijawabnya dengan diam.

Kini selama perjalanan ia sibuk mengutak atik ponselku dengan sesekali memperhatikan jalan hingga tiba di depan pintu kelas.

"Kamu diam aja nanti, biar aku yang beresin"
Mila menatapku tajam seolah memastikan aku akan diam dan tak melakukan apapun.

"Okey"
Jawabku seraya mengikutinya memasuki kelas.

'Brak!'

Tiba tiba Mila menggebrak meja Dian yang sontak saja membuat Dian kaget,  teman teman yang ada dikelas pun langsung memperhatikan Mila.

"Maksud lu apa ngirim pesan kaya gini ke Shandy?"
Nadanya yang tinggi bisa kupastikan dia sedang marah.

Dian hanya memandang Mila dengan heran dan tak menjawab apapun, lalu dia mengembalikan pandangannya pada ponsel merah miliknya.

"Dian, jangan diam aja"
Mila sedikit meninggikan suaranya lagi.

"Gue emang sengaja, karena temen lo itu emang pembohong. Katanya kakaknya bakal tampil, ternyata sampai akhir acara kakaknya nggak tampil tampil tuh"
Ucap Dian sambil menyilangkan tangan dan memandangku seolah aku memang seorang pembohong.

Seketika hatiku terasa sakit, aku ingin sekali memukulnya disini sekarang juga.

"Kamu nggak tahu apa yag terjadi sampai bang Aryan tidak jadi tampil Dian"

"Aku bukan pembohong, memang kakakku akan tampil di acara itu, tapi..."

"Terus kalau bukan bohong apaan?"
Tanya Dian padaku dengan mengangkat dagunya dan tetap menyilangkan tangannya.

"Cukup Dian! Kakaknya Shandy kecelakaan saat menuju kemari, itu sebabnya dia nggak jadi tampil"
Mila memposisikan dirinya diantara kami dengan badannya menghadap pada Dian dan mencoba menjelaskan apa yang terjadi pada bang Aryan

Lagi lagi aku terdiam saking marahnya, lidahku sangat sulit untuk bicara, rasanya seperti ada tonjolan yang mendesak didadaku hingga aku terasa sesak.

"Alah alasan! Dasar pembohong"
Suara Dian sangat keras, dan itu sangat menyakiti hatiku.

Mila pun mendorong Dian hingga terduduk dikursinya, itu membuat Dian kaget dan ia pun mulai menangis.

Aku langsung menahan Mila yang dari gerakannya aku bisa membacanya bahwa dia ingin menampar Dian karena kulihat guru sudah berada di ambang pintu

"Bu, Shandy telah menyakiti saya huu...huu"
Dian langsung mengadu pada guru yang akan mengisi mata pelajaran hari ini.

Aku membulatkan mata mendengar perkataan yang baru saja diucapkan Dian.

"Tidak bu, itu tidak benar"
Aku menyangkal tuduhan Dian padaku.

Guru muda yang baru mengisi kelasku tiga kali itu terdiam dan memandang aku, Mila dan Dian bergantian.

"Shandy dan Dian, ikut saya ke ruang BK"
Ucap guru muda itu menggandeng tangan kami setelah meletakkan map birunya di sembarang meja kelasku.
.
.
.

Dian masih menangis sepanjang perjalanan menuju ruang BK, hal itu mengundang banyak mata untuk memandang aku dan Dian yang tengah digandeng oleh guru muda itu.

Saat melewati ruang guru yang letaknya bersebelahan dengan ruang BK, aku bersimpangan dengan bang Reyhan dengan membawa setumpuk buku bersama temannya yang baru keluar dari ruang guru tersebut.

"Loh? Shandy?"
Bang Reyhan terus melihatku berlalu menjauhinya.
.
.
.

4 Brothers [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang