Perasaan Reyhan #2

2.3K 139 0
                                    

.
.
.
.
Seorang gadis manis masih duduk ditepi ranjang dan menatap lekat ponselnya berharap ponsel yang diam itu berdering, ia sangat mengharapkan panggilan dari seseorang yang dicemaskannya saat ini.

Shandy sudah berusaha menelpon Reyhan berkali kali, namun tak dijawab juga. Ia sudah cemas, ingin ia mencari keberadaannya tapi tak tahu ia harus mencari kemana, ia tak bisa apa apa selain berusaha menghubungi dan menunggu dirumah.

"Bang Reyhan kemana sih? Masa sampe jam segini juga belum balik?"
Ucap Shandy dengan kesal pada dirinya sendiri sambil menepuk nepukkan ponselnya ketelapak tangannya.

"Bang Aryan lagi repot skripsi, bang Yuan juga ada kelas, oh iya! Bang Farhan ngapain ya? Coba telpon deh"
Shandy bicara sambil menghitung jari aktivitas apa saja yang tengah dilakukan kakak kakaknya sekarang. Akhirnya ia pun memutuskan untuk menghubungi Farhan yang ia tak tau sedang apa sekarang.
.
.
.
.

'Drrrrttt'

Ponsel disaku Farhan pun bergetar, setelah ia melihat siapa yang menelpon ia langsung salah tingkah karena ia tahu apa maksud Shandy menelpon dirinya, yaitu pasti mencari Reyhan dan orang yang dicarinya tengah berada dengannya sekarang. Dengan ragu ragu Farhan mengangkat telpon dari adik perempuannya itu.

"Ha-halo? Ada apa Shan?"

Reyhan yang mendengar Farhan mengucapkan nama seseorang yang berhasil membuatnya galau saat ini otomatis langsung mendekat ke arah Farhan dan menatapnya sambil berbicara tanpa suara bertanya apakah itu Shandy. Farhan hanya menjawab dengan anggukan, ia paham saat ini Reyhan tak ingin bicara atau bertemu Shandy dulu.

"Abang, bang Reyhan ada disitu nggak?"
Shandy mulai bicara ditelpon saat Farhan sudah angkat bicara terlebih dahulu.

"Nggak, nggak ada"

"Yakin?"

"Iya yakin"

"Bang Farhan nggak lagi bohong kan?"

Setelah Shandy berkata demikian, Farhan dan Reyhan langsung membulatkan mata kaget karena adiknya tau bahwa ia sedang berbohong, Reyhan yang mendengar telpon yang diloudspeaker itu seketika menahan nafas karena takut ketahuan keberadaannya oleh Shandy. Farhan cukup lama mendiamkan telpon dari Shandy, ia sedang gigit jari sekarang karena takut ia terbukti berbohong.

"Bang? Bang Farhan? Kok diem? Iyakan abang bohong kan, bang Reyhan pasti ada disamping abang"

"Nggak Shan, nggak ada! A-abang ada kuliah, bye"
Ucap Farhan dengan terbata bata lalu langsung menutup telpon dari Shandy.

"Kok Shandy bisa tau sih kalo aku sama bang Farhan?"
Reyhan berbicara dengan suara setelah menghembuskan nafas karena dia daritadi menahan nafas karena takut ketahuan Shandy, sungguh konyol.

"Ya mana aku tau! Makanya pulanh sana sekarang, sebelun Shandy makin khawatir"

"Tapi-"

"Nanti kalau aku ketahuan bohong gimana? Trus bang Farhan yang ganteng ini dicuekin Shandy gimana? Ya nggak mau lah aku. Udah sana sana pulang!"
Ucap Farhan panjang lebar pada adiknya yang sedari tadi enggan untuk pulang kerumah. Farhan langsung mendorong adiknya menjauh agar Reyhan pergi dari taman samping kampusnya dan beranjak pulang.

Dengan terpaksa Reyhan meninggalkan kakaknya yang masih berdiri disamping bangku taman lalu mengendarai motor ninja hitamnya pulang kerumah.

Saat perjalanan pulang dengan kecepatan rata rata sepanjang jalan ia memikirkan cerita dari Farhan tentang dirinya dan keluarganya.

Flashback

"Apa maksud bang Farhan Shandy bukan adik kandungku?"
Ucap Reyhan dengan melayangkan tatapan tajam ke arah Farhan yang kini tengah gugup karena dirinya terlalu ceroboh hingga Reyhan tau sebuah fakta tentang keluarganya.

"A-e-anu, itu kamu salah denger. Udah lupain aja"
Jawab Farhan dengan ucapan yang terbata bata karena ia merasakan hawa tidak enak pada adik laki lakinya ini.

"Bang, aku tau aku lagi nggak salah denger"
Ucap Reyhan semakin mendekati kakaknya, ia harus mendapatkan keterangan saat ini juga.

"Oke oke, abang akan jelasin ke kamu, tapi kamu jangan marah ya"
Ucap Farhan sambil mengangkat kedua tangannya seperti ingin ditangkap polisi sebagai tanda dirinya menyerah.

"Iya"

"Janji? Janji?"

"Ck! Iya bang"

"Jadi gini, kamu itu sebenarnya bukan saudara kandung kami, kamu itu adalah anak angkat dikeluarga kami, ibumu menitipkanmu pada ibuk karena ia merasa tak bisa membahagiakanmu"
Ia bercerita pada Reyhan sambil memunggunginya, ia sebenarnya sangat tak enak hati pada Reyhan.

Reyhan yang mendengar cerita dari Farhan mengepalkan tangannya erat erat, tak terasa matanya mulai memanas, tapi ia tak ingin terlihat bersedih didepan kakaknya.

"Itulah mengapa namamu sedikit berbeda dengan kami, sebenarnya ibuk sangat menyayangimu, bahkan melebihi kami bertiga. Seakan akan yang disayang ibu hanyalah kau dan Shandy"

Flashback end.

'Cklek'

Suara pintu rumah terbuka menandakan ada seseorang yang datang, ya! Orang yang baru datang tersebut adalah Reyhan.

Reyhan langsung menaiki tangga menuju ke kamarnya, saat akan membuka pintu kamarnya ia melihat pintu kamar Shandy terbuka sedikit, ia memang tak bisa marah atau mendiamkan adiknya itu berlama lama, sekarang saja Reyhan sudah merasa kangen dengan canda Shandy, Reyhan menjadi ada niatan untuk melihat adiknya sebentar.

Saat Reyhan membuka pintu, didapatinya Shandy sedang terlihat resah dengan berdiri menghadap jendela dan membelakangi pintu, melihat hal tersebut entah apa yang dipikirkan oleh Reyhan, ia langsung memeluk Shandy dari belakang dengan erat. Mendapatkan pelukan seperti itu tentu membuat Shandy kaget dan berbalik badan.

"Bang Reyhan? Abang tadi kemana sih nggak pulang dulu"
Ucap Shandy sambil mengambil selangkah mundur agar terlepas dari pelukan kakaknya.

"Maaf, tadi aku main bentar"
Reyhan tampak tersenyum nyengir sambil mengusap tengkuknya.

Setelah mendengar alasan Reyhan Shandy justru membuang muka dan kembali duduk ditepi ranjang, ia berlagak marah pada kakak termudanya ini.

"Hmm...Shan? Marah ya"
Ucap Reyhan mendekati Shandy yang terduduk di pinggir ranjang, ia berdiri tepat disamping Shandy.

"Menurut abang? Setelah bikin orang khawatir trus seenaknya bilang 'marah ya?' huh"
Omel Shandy sambil menirukan nada bicara kakaknya di kalimat terakhir dengan mencibirkan bibir.

Reyhan mengikuti Shandy duduk ditepi ranjang dan kini mereka duduk berhadapan, Reyhan memegang kedua pundak Shandy dan menghadapkan Shandy persis berhadapan karena sebelumnya Shandy sedikit menyerong untuk menghindari bertatapan dengan Reyhan.

"Iya aku tau kamu marah, tapi aku melakukan ini karena aku sayang dengan adikku ini, aku nggak mau kamu pacaran sama sembarang cowok"
Ucap Reyhan dengan pelan pelan pada Shandy. Shandy hanya diam dan memandang sendu ke arah mata Reyhan, entah kenapa jantung Shandy juga berdetak sedikit berbeda dari biasanya saat berjarak sedekat ini dengan Reyhan.

Reyhan tersenyum dan melepaskan pegangannya pada kedua pundak Shandy lalu beranjak dari ranjang, ia berjalan menuju ke pintu, saat diambang pintu ia menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Shandy yang tengah tiduran dikasurnya.

"Sebenarnya aku tak mau kau berpacaran dengan orang lain, karena aku sadar aku mencintaimu Shandy"
Gumam Reyhan dalam hati lalu langsung menutup pintu kamar adiknya dan memasuki kamarnya untuk beristirahat.

Reyhan berpikir didalam baringannya, kenyataan bahwa ia bukan anak dari keluarga Ardhana ini sesuatu yang menyenangkan ataukah sesuatu yang menyedihkan. Disisi menyenangkan ia bisa menjalin hubungan dengan Shandy karena tak ada hubungan darah, dengan kata lain tak ada aturan yang melarangnya untuk mencintai Shandy. Tapi disisi lain ia sangat kecewa karena ia bukan darah daging orang tuanya, ia ditinggalkan oleh ibunya sendiri.

"Pantas saja namaku Reyhan Pradana bukan Reyhan Ardhana"
Ucapnya sambil terbangun dari tidurannya.

"Setelah lulus nanti aku janji akan mencari tahu tentang diriku, tentang ibuku dan ayah kandungku. Aku janji pada diriku sendiri"
Ucap Reyhan mengepalkan tangannya sebagai tanda tekat kuat dari dirinya untuk mencapai tujuannya.
.
.
.
.

4 Brothers [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang