Keduanya terdiam dengan mata menatap pecahan piring dan makanan yang berserakan di lantai. Tidak ada yang bersuara. Hingga Nevan berjongkok, lalu mengambil pecahan piring itu dengan hati-hati.
"Padahal gue sengaja masakin lo makanan hari ini," ucap Nevan pelan, "tambahan; mozzarella-nya kebanyakan. Jadi tadi gue sempat kena marah Bunda karena kata Bunda harganya mahal. Plus, itu keju favorit Bunda."
Shyra ikut berjongkok di hadapan Nevan. Ia membantu mengambil pecahan piring di lantai. "Maaf," gumamnya.
Menggeleng pelan, Nevan menahan pergerakan tangan Shyra. "Udah, Ma, gue aja yang beresin. Bahaya kalau kena."
"Ya lebih bahaya lo lah!" ujar Shyra, setengah berteriak, "lo 'kan---"
"Sttt, santai aja kali. Nggak usah teriak-teriak gitu," potong Nevan cepat. Ia bangkit dengan tumpukan pecahan piring di tangan kirinya. Segera, ia berjalan menuju tempat sampah yang ada di depan rumah Shyra, kemudian membuangnya ke sana.
"Gue bawain lagi yang baru, ya." Nevan mengedipkan sebelah matanya. "Tungguin, jangan ke mana-mana."
"Ehhh, nggak usah!"
Nevan tertawa singkat. Ia berkata, "udah nggak apa-apa. Tungguin aja. Lima menit lagi gue balik."
Pada akhirnya, Shyra hanya bisa terdiam di depan pintu rumahnya. Ia menyentuh pipinya yang masih dilapisi masker bengkoang yang sudah retak karena sedari tadi perempuan itu terus berbicara kencang.
Namun, tanpa Shyra sadari, senyum tipisnya terbit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewriting You
Short Story[Completed] Apa yang akan kamu lakukan jika imajinasimu menjadi kenyataan? ***** Almashyra Mishael Adzra memiliki hobi menulis sebuah novel yang berakhiran menyedihkan. Biasanya, ia akan mengambil karakter dari orang di sekitarnya. Hingga pada suat...