Shyra tidak bisa fokus sama sekali.
Ia masih memikirkan tulisan yang Adriell kirim semalam. Bahkan, bisa dibilang, pikiran Shyra hanya terfokus pada laki-laki itu. Untunglah hari ini dua guru mata pelajarannya tidak dapat masuk. Sehingga ketidakfokusan Shyra tidak terlalu berdampak besar.
Tetapi, Cadenza merasa aneh dengan perilaku Shyra hari ini. Setiap kali ia mengajaknya berbicara, perempuan itu akan lama merespon ucapannya. Atau yang paling parah, Shyra membalas, tapi omongannya ke mana-mana.
"Mending lo nggak sekolah, Ra, kalau akhirnya begini," ucap Cadenza pada akhirnya.
Shyra mengerjapkan kedua matanya. "Kenapa, Za?"
Menghela napas, Cadenza menepuk puncak kepala Shyra perlahan. "Adriell 'kan?"
Tepat sasaran.
Lantas, Shyra tersenyum tipis. "Yah, begitulah," jawabnya, "gue khawatir."
"Karena isi sticky notes-nya?" Lagi-lagi, Cadenza berkata. "Ya, nanti jenguk lah."
Shyra menunduk. "Apa nggak apa-apa gue jenguk dia?"
"Gue rasa, hal itu bisa buat kondisinya lebih baik. Dia butuh lo buat jadi penyemangatnya. Iya 'kan?"
*****
A/n
Mumet masa belajar itu :")
Besok aku UTS, lho :") doakan aku berhasil, ya!
Enjoy!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewriting You
Short Story[Completed] Apa yang akan kamu lakukan jika imajinasimu menjadi kenyataan? ***** Almashyra Mishael Adzra memiliki hobi menulis sebuah novel yang berakhiran menyedihkan. Biasanya, ia akan mengambil karakter dari orang di sekitarnya. Hingga pada suat...