Bagian Sembilan Belas

1.1K 184 0
                                    

Shyra duduk di bangku yang ada di terasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shyra duduk di bangku yang ada di terasnya. Ia meraih sepatu sebelah kanan, kemudian menggunakannya. Sesekali, matanya melirik ponselnya. Yang layarnya masih saja menggelap.

Belum ada balasan dari Adriell.

Mungkin saja laki-laki itu sibuk atau apa. Ditambah lagi, hari ini katanya ia tidak masuk sekolah. Shyra tidak mengerti kenapa laki-laki itu bersikap aneh akhir-akhir ini.

"Oi, Ma!"

Shyra mengerjapkan kedua kelopak matanya dan menoleh saat mendengar teriakan itu. Matanya menangkap sosok Nevan yang berdiri di luar pagar rumah Shyra.

"Bengong aja. Lo nggak berangkat sekolah?"

"Masih nunggu orang baik yang mau nganterin gue ke sekolah," jawab Shyra, "lo sendiri kenapa malah nyamperin gue?"

"Hmmm ... kenapa, ya?" Nevan tampak berpikir. Hingga akhirnya, senyum jahilnya terbit. "Gue orang baik yang lo tunggu. Gimana?"

Shyra mendengkus. "Mau naik bus aja. Daripada sama lo."

Nevan membuat wajah sok terluka. "Gue udah berbaik hati mau nganterin lo, Ma. Padahal kita beda sekolah." Ia meraih dadanya, lalu diremasnya. "Niat baik gue, lo sia-siakan gitu aja. Jahat!"

Shyra memutar kedua bola matanya. "Gue sebenarnya masih nunggu Adriell, Van," ucap Shyra pada akhirnya, "dia bilangnya nggak sekolah hari ini. Tapi ... dia 'kan suka ngerjain gue."

Nevan membuang pandangannya tak suka. "Ngapain juga lo nungguin bocah nggak jelas kayak dia," sungutnya, "mending lo bareng gue, yuk. Kursi penumpang kosong tuh."

"Nggak jelas gitu juga kembaran lo," balas Shyra, "yaudahlah. Gue izin ke Bunda dulu."

Rewriting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang