Bagian Lima Belas

1.3K 179 0
                                    

"Halo, Ma?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Halo, Ma?"

"Heh, ngapa lo?"

"Et, dah. Galak amat, Ma. Gue nggak kenapa-napa, kok. Santai aja kali. Segitu khawatirnya sama gue, ya?"

Shyra menghela napas. Memang, sih, dari suaranya Nevan terdengar santai. Tapi, siapa yang tahu di sana? Bisa saja laki-laki itu berbohong 'kan?

"Yaiyalah, lo 'kan super-super ceroboh. Makanya gue khawatir. Sadar, dong. Kalau lo sehat kayak gue, ya nggak apa-apa."

Dari seberang sana, Nevan tergelak. "Sumpah, dah. Ini Bunda gue aja yang lebay pake bawa gue ke rumah sakit. Padahal tindakan RICE aja kayaknya udah cukup."

Kening Shyra mengerut bingung. "RICE?"

"Iya, RICE. Rest, ice, compression, elevation. Emang sebaiknya diberikan faktor pengganti dalam dua jam, sih. Tapi 'kan sebaiknya. Keadaan gue nggak seburuk itu, kok."

Shyra lantas memutar kedua bola matanya. Ia tidak menyadari bahwa sedari tadi dirinya berdiri di depan pintu, sambil memegang gagang pintu. Hendak membukanya, tapi tangan Shyra tidak bergerak juga.

"Bunda lo pengin yang terbaik buat lo kali. Lo 'kan sekarang jadi anak satu-satunya."

"Ya, kalau masalah anak tunggal gue paham. Tapi nggak usah se-lebay itu kali. Gue 'kan jengah juga."

Shyra menekan tombol home di ponselnya, lalu membuka aplikasi KBBI-nya. Setelah mencari kata yang Shyra inginkan, ia menangkap layar, dan membuka aplikasi LIME-nya. Segera saja Shyra membuka ruang obrolannya dengan Nevan.

Shyra:

Baru setelah itu, Shyra kembali menempelkan ponselnya di telinga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru setelah itu, Shyra kembali menempelkan ponselnya di telinga. "Liat pesan yang gue kirim."

"Ha? Pesan apa? Sebentar."

Suasana hening untuk sesaat. Shyra membuka pintu utama rumahnya dan masuk ke dalam setelah menyimpan sepatunya di rak. Lalu, Shyra duduk di sofa.

"Udah?"

"Iya, deh, Mbak Penulis. Gue salah. Besok-besok kayaknya gue harus sambil buka KBBI, ya, kalau ngobrol sama lo."

Shyra terkekeh pelan. Ia menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa. "Lo nginep di sono?"

"Kenapa? Takut kangen?" Nevan tertawa pelan. "Sebentar lagi gue juga pulang. Yang sabar, ya, Ma."

Shyra mendengkus. Namun, senyum tipis terbit di bibirnya. "Iya."

Rewriting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang