Bagian Sebelas

1.3K 207 18
                                    

Pagi ini, ketika Shyra masuk ke dalam kelas, dirinya sudah dikejutkan oleh keadaan kelasnya yang lumayan ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, ketika Shyra masuk ke dalam kelas, dirinya sudah dikejutkan oleh keadaan kelasnya yang lumayan ramai. Ia segera berjalan mendekati sekumpulan teman sekelasnya dengan heran. Tanpa meletakkan tasnya sama sekali.

"Eh, eh. Ada apaan, sih? Apaan?" tanya Shyra heran, "pagi-pagi udah ngegosip. Ada kabar baru?"

"Ini, lho. Katanya ada kakak kelas yang meninggal," jawab Aiza, teman sekelas Shyra yang biasanya tidak pernah ketinggalan berita baru."

"Innalillahi. Siapa?" tanya Shyra terkejut. Ia mendekatkan tubuhnya, tertarik. "Meninggal kenapa?"

"Lo tahu Kak Ghifara nggak? Itu, lho, yang sepupunya Ketos," jawab Zia, "katanya, sih, gara-gara sakit. Gue dengar juga, dia emang punya penyakit gitu, deh. Nggak tahu, deh, sakit apa."

"Sayang banget, sih. Masih muda. Mana dia cakep 'kan, lumayan. Gue mau, tuh, sama dia. Itung-itung feed instagram gue jadi ada cowok gantengnya gitu," celetuk Yesha, teman Shyra yang sepertinya sangat mencintai laki-laki tampan nan memesona. Shyra juga, sih. Tapi tidak seberlebihan itu.

"Oh." Shyra mengangguk paham. Hingga ia mengedarkan pandangannya ke sekitar dan menyadari satu hal. "Dia, tuh, yang dekat sama Kinan 'kan?"

"Nah, iya. Gue sering liat mereka lagi barengan," timpal Zia, "kasian, ya. Gue nggak tahu, deh, gimana perasaan dia sekarang. Sedih banget pasti."

Shyra mengangguk, menyetujui ucapan Zia. "Yaudah, makasih, yak." Segera saja ia berlalu menuju bangkunya.

Namun, sebelum itu Shyra sempat melewati bangku Kinan, perempuan yang barusan dibicarakan teman-temannya. Ia melirik sejenak, melihat ekspresi perempuan itu. Ia tampak biasa saja, seolah kepergian sahabatnya tidak ada efek apapun.

Sebagai penulis novel sad ending yang belum pernah memiliki pengalaman apapun, Shyra lantas berpikir.

Apa kalau ditinggal mati itu ... nggak seberat apa yang gue pikir selama ini?

Rewriting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang