Shyra kembali menoleh ke arah jendela. Sedari tadi, ia menangkap sosok Adriell berdiri di sana. Namun, laki-laki itu hanya terdiam di tempatnya.
Jangan kira Shyra tidak peduli sama sekali. Karena pada kenyataannya, Shyra ingin bangkit dari kursinya dan menghampiri Adriell. Mungkin saja, dengan mendengar penjelasan darinya, rasa kesal yang Shyra rasakan bisa sedikit berkurang.
"Samperin, gih." Cadenza yang duduk di sebelah Shyra lantas berujar. "Masih sayang 'kan?"
Shyra melirik Cadenza sinis. "Ngaco," balas Shyra singkat. Ia kembali menolehkan kepalanya ke arah jendela. Tetapi, orang yang sedari tadi Shyra perhatikan, sudah tidak ada di sana.
"Kayaknya, dia balik ke kelasnya," ujar Cadenza lagi, "kasian gue liatnya."
"Ya." Lagi-lagi, Shyra membalas singkat. Ia menelungkupkan kepalanya di atas meja, menjadikan tangannya yang dilipat di atas meja sebagai bantal.
"Nggak berniat minta penjelasannya?"
"Nggak. Biarin aja."
"Mau sampai kapan? Sampai dia mati?"
Shyra mengangkat kepalanya kembali. Kedua matanya mengerjap beberapa kali. Lalu, tawa renyahnya keluar.
"Kenapa lo ngomong gitu?"
Shyra menatap Cadenza tepat di matanya. Kedua manik itu tampak seperti biasa. Tetapi, entah kenapa, Shyra dapat mengetahui bahwa ada sesuatu yang perempuan itu tutupi.
"Za? Ada yang lo tutupin 'kan? Tentang sepupu lo itu?"
Cadenza diam sejenak.
"Za?"
"Kalau gue bilang ada, gimana?"
*****
A/n
Mau lanjut, tapi yang ada di otakku cuma, "tugas maternitas nambah, lho. Tugas KMB ada juga. Kewarganegaraan revisi. Sistem informatika, komunikasi, PBAK. Leukemia! Jantung! Hah, puyeng."
Yah, begitulah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewriting You
Short Story[Completed] Apa yang akan kamu lakukan jika imajinasimu menjadi kenyataan? ***** Almashyra Mishael Adzra memiliki hobi menulis sebuah novel yang berakhiran menyedihkan. Biasanya, ia akan mengambil karakter dari orang di sekitarnya. Hingga pada suat...