Di rumah Rizky
Rizky memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya. Rumah Rizky sedikit lebih besar dari rumah Brian. Rumah yang berada di sebuah townhouse di selatan Jakarta dengan banyak hiasan dinding karya seni sang bunda.
Hari yang melelahkan setelah sepanjang hari ia melakukan photoshoot dan harus nge-review sebuah restoran baru bersama Diba. Ia turun sambil membawa sebungkus makanan yang ia dapatkan secara gratis dari restoran tersebut.
"Bunda?" Rizky mengetuk pintu kamar orangtuanya pelan. Jam memang sudah menunjukkan jam 11 malam. Bunda Rizky membuka pintu kamarnya. "Iky baru sampai sayang?" tanya sang bunda mengecup pipi anak ganteng kesayangannya itu.
"Iya, Bun. Bunda sehat? Gimana udah enakan kan?" Rizky memeluk sang bunda. "Ini ada makanan buat bunda."
"Aduh, Iky, Bunda udah gak apa-apa."
"Besok-besok cuci darah Bunda biar Iky yang bayarin ya," kata Rizky sambil mengenggam tangan bundanya. Mereka duduk di meja makan berdua.
"Bunda mau lihat gak hasil photoshoot Iky tadi?"
Rizky mengeluarkan handphonenya dan menunjukkan hasil foto-fotonya tadi, termasuk fotonya bersama Diba.
"Emang kasep putra bunda teh, saha deui eta awewe? kabogoh maneh?"
"Hehe," cengir Rizky. "Gitu deh, Bun."
"Ulah gonta ganti kabogoh wae atuh ky," bundanya memang ceplas ceplos seperti kebanyakan ibu-ibu"
"Serius, ih. Kenalin atuh ke Bunda. Bunda pengen kenalan. Bunda kan pengen mastiin entar siapa yang ngurus anak Bunda... apalagi kalau Bunda entar udah gak ada."
"Bunda jangan ngomong gitu. Bunda bakal sehat kok. Kalau transplantasi ginjalnya sukses, Bunda kan bisa berkegiatan lagi. Bunda semangat ya," kata Rizky mengecup sang bunda.
Obrolan hangat ibu dan anak itu terpotong oleh kedatangan ayah Rizky ke ruangan makan. Ayah Rizky duduk di bagian lain dari meja makan.
"Ky, gimana kuliah?"
"Lancar," jawab Rizky acuh. Ia tidak mau menatap sang ayah. Ia berusaha menganggap bahwa sang ayah tak ada di ruangan tersebut.
"Mana buktinya. IP semester kemarin aja hancur," kata sang ayah serius. Nada bicaranya menekan tetapi itu hanya membuat Rizky semakin kesal. Sang ayah ingin berbicara lebih lagi ketika ia melihat tatapan belas kasihan dari sang istri.
"Iky masuk kamar dulu," Rizky melengos naik tangga menuju ke kamarnya. Ia melempar tasnya dan melihat foto lama yang terpampang di mejanya. Fotonya bersama band lamanya. Band yang sekarang sedang naik daun tanpanya.
Beberapa tahun yang lalu, saat Rizky masih menjadi vokalis band
Flashback
"Bro, sorry banget gue lupa kalo hari ini latihan," Rizky yang masih mengenakan seragam SMA berlari menuju sebuah studio band. Saat itu rekan rekan band-nya sudah selesai latihan dan bersiap untuk balik.
"Ky, ini udah bukan pertama kalinya lo kayak gini. Gimana kita mau maju kalau lo disiplin aja gak bisa?" jawab sang gitaris penuh emosi. Drummer band Rizky mencoba menenangkan temannya
"Selow aja lo ngomongnya!"
"Ky,lo mau pendapat jujur gue? Suara lo biasa aja! Gue masih pertahanin lo jadi vokalis cuman gara-gara kita temen. Tapi apa? Lo komitmen aja gak bisa!," lanjut teman Rizky dengan nada yang makin naik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mio Figlio
Teen FictionNongkrong bareng, tukar-tukaran jeans, hingga sharing masalah cewek bukanlah hal yang aneh bagi Bagaskara Prasaja dan anak laki-lakinya yang sudah menginjak 18 tahun, Briantama Satrya Prasaja. Bagi Bagas yang harus menjadi sosok ayah di usia sanga...