Jangan lupa vote dan comment nya ya
Acara Keakraban Kantor Bagas
Hari Minggu pagi itu diadakan acara outing/keakraban di kantor Bagas, sekaligus merakyakan ulang tahun kantor bagas yang ke 20. Mau bos sampai OB bersama sama makan, main games, hingga bernyanyi. Kantor Bagas menyewa seorang penyanyi kafe yang sangat cantik.
"Di sini ada Papa Papa ganteng gak?" tanya sang penyanyi kafe.
"Bagas! Bagas!" teriak Tami dikuti oleh rekan rekan kantor mereka.
"Tam! Apa apa-an." Bagas sedikit salting namun penyanyi itu terlanjur menghampiri Bagas dan membawanya ke atas panggung.
"Pak Bagas ya? Bisa nyanyi gak Pak Bagas?" canda si penyanyi itu.
"Bisa mbak. Bagus banget. Dulunya anak band nih," celetuk Tami.
"Wahhh engga kok, mbak," sanggah Bagas pencitraan di depan anak buahnya.
"Ahh masa pak Bagas culun!" canda Tami memancing. Bagas memandang Tami dan akhirnya mengangguk pasrah. "Yaudah. Saya nyanyi."
Para penonton bertepuk tangan dan si penyanyi menyerahkan Mic ke Bagas dan mencari lagu di mesin karaoke yang sudah tersedia.
"Mau lagu apa?"
"I Don't Wanna Miss A Thing," jawab Bagas yakin.
"Wahh abang rocker nih," penyanyi itu menyetel lagu tersebut dan Bagas mulai menyanyikan lagu yang biasa band nya nyanyikan sewaktu baru lulus SMA.
Bagas selalu tersenyum getir mengingat hari hari itu. Hari ketika ia menabung membeli gitar pertamanya karena ayahnya gak suka kalau Bagas nge band. Momen yang membuatnya berjanji dalam hatinya akan mendukung apapun hobby dan passion dari anaknya kelak.
Momen ketika ia harus mencolong waktu latihan band dan tampil di kafe kafe di Bandung setiap weekend. Ke-rebel-an anak muda yang hilang terlalu cepat. Waktu yang rasanya hanya sekejap dan langsung berganti menjadi sebuah tanggung jawab besar, tanggung jawab yang tak pernah ia sesali.
Dari arah penonton, Tami menyanyikan lagu ini dari sudut bibirnya. Matanya tak bisa lepas dari seorang mantan anak band tampan yang sedang bernyanyi di depannya. Sesosok yang selalu ia kagumi diam diam, tanpa mungkin akan pernah ia miliki. Tami bertanya, siapakah sosok wanita yang dibayangkan Bagas ketika ia menyanyikan lagu ini. Mungkinkah ada tempat untuknya?
Sore harinya, di mobil Bagas
"Diem aja, Tam, tumben," sapa Bagas yang heran. Biasanya kalau Bagas lagi nganter Tami, Tami pasti bawel bercerita tentang apapun. Sampe-sampe bisa kepo-in instagram Brian bareng bareng.
Wajah Tami seperti diliputi kegundahan. Sesuatu yang membuatnya bingung, resah, dan tak tau harus berbuat apa. Seorang Tami yang dikenal sebagai decision maker yang baik di kantor pun bisa mengalami fase fase seperti ini.
"Kenapa?" tanya Bagas pelan.
"Zaldy ngelamar gue lagi. Dia bilang ini saatnya kita mulai lagi dari awal. Mulai semua yang ketunda dulu," balas Tami pelan.
Bagas tidak tau harus merespon apa. "Lo sendiri ke dia gimana?"
"Gak tau. Zaldy gak pernah nyakitin gue, Gas. Kesalahan dia cuman kenapa dia dulu harus bohong soal penggelapan uang itu. Gue lihat dia benar benar nyesel dan penjara udah mengubah diri dia menjadi lebih baik. Gue percaya dia benar benar tulus sudah berusaha menjadi orang yang lebih baik. Dia udah nangis-nangis mohon maaf sama orang tua gue, dan orang tua gue sudah memaafkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mio Figlio
Teen FictionNongkrong bareng, tukar-tukaran jeans, hingga sharing masalah cewek bukanlah hal yang aneh bagi Bagaskara Prasaja dan anak laki-lakinya yang sudah menginjak 18 tahun, Briantama Satrya Prasaja. Bagi Bagas yang harus menjadi sosok ayah di usia sanga...