Bagian 24: Happy Birthday, Papi!

3K 218 103
                                    

Chapter ini special dipersembahkan untuk Papi Bagas dan Brian. 

"Kirana hamil, Pi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kirana hamil, Pi."

Bagas duduk lemas di tangga menuju garasi setelah mendengar perkataan Brian barusan. "Maafin, Bri.. Maafin, Bri ya, Pi."

Bagas tak kuasa menahan air matanya ketika mendengar pengakuan Brian barusan. Belum lagi ia harus melihat Brian histeris dan kebingungan seperti anak hilang arah.

Bagas bangun dan memeluk anaknya tersebut. "Bri.." Hati Bagas hancur karena ia tau persis bagaimana rasanya, bagaimana hancurnya ada di posisi tersebut. Bingung, takut semua menjadi satu. Seluruh masa depan yang sudah direncanakan dan diperjuangkan selama bertahun-tahun hilang begitu saja.

Bagas mendekap anaknya seakan tidak ingin membiarkan Brian menghadapi semua ini sendiri. Bagas memandang anaknya yang rasanya baru kemarin masih merupakan remaja pecinta sepak bola yang mendedikasikan hidupnya untuk sepakbola. Sekarang?

Bagas tidak pernah ingin Brian mengalami seluruh penderitaan dan perjuangan yang pernah ia hadapi. Ia ingin hari-hari Brian dilalui selayaknya anak seumurnya, bukan dengan tanggung jawab besar seperti ini.

"Bri, papi udah bilang kan? Papi udah ingetin berkali-kali. Kenapa masih dilakuin?" ujar Bagas mencoba menahan emosinya. Seluruh kemarahannya seperti menguap ketika ia melihat Brian dalam kondisi yang sangat hancur.

"Masuk dulu yuk. Kita omongin di dalam ya." Bagas menuntun Brian yang masih setengah histeris ke dalam. Brian masuk ke dalam ruang tamu dan tak bisa lagi menahan dirinya. Ia melempar asbak ke tembok dan kembali meninju tembok ketika akhirnya Bagas berhasil menahan tangannya.

"Gak gini cara nyelesein masalah!" bentak Bagas melihat kelakuan Brian yang tak bisa dikontrol.

"Brian hamilin Kirana, Pi. Brian harus tanggung jawab!"

"Ya tanggung jawab gak dengan nyakitin diri kamu sendiri! BRI SADAR!" Bagas menarik Brian dan mendudukkan Brian di sofanya. Bagas memberikan segelas air dan menyuruh Brian minum.

"Pi, maafin Bri... maafin Bri..."

Bagas tidak bisa berkata apapun. Jujur di dalam hatinya kekecewaanya sangat mendalam.

"Bri, gue yakin lo tau gimana kejadian gue dulu. Gue emang gak pernah cerita, tapi gue yakin lo udah pinter untuk tau gimana masa lalu gue yang gak pernah mau gue bahas," ujar Bagas yang mulai ikut terisak.

"Gue selalu coba untuk jadi ayah yang baik buat lo dan gue merasa kalau lo tau gimana kejadian di masa lalu gue, lo bakal ngerasa kecewa sama gue dan mungkin bahkan gak bisa menerima diri lo sendiri," lanjut Bagas lagi.

"Gue pengen hidup lo beda sama hidup gue. Gue pengen lo punya hidup yang lebih baik dan punya pilihan-pilihan yang lebih bijak. Gue coba berbagai cara biar lo jadi orang yang lebih baik dari gue. Gue coba tanemin pelajaran soal prinsip hidup, soal kontrol diri, biar lo gak ngelakuin kesalahan yang sama dengan yang gue lakukan dulu."

Mio FiglioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang