Tiga.

8.3K 824 61
                                    

(Namakamu) baru saja selesai melaksanakan shalat di mushola yang disediakan sekolah nya, selesai melipat mukena nya ia keluar dari mushola, lalu mengerutkan dahi nya, "Sal, sepatu gue mana?"

Salsha bergidik, "Mana gue tau, kan dari tadi gue sama lo,"

(Namakamu) menggeram, "Demi apa si lo, ada maling nih!"

"Ngga mungkin, lah!"

(Namakamu) mendengus, "Kurang, ngajar!" Ia berlari tanpa alas kaki menuju kelas nya yang ada di lantai dua. Ia mengira kalau yang mengambil sepatunya itu Iqbaal, siapa lagi jika bukan pria sialan itu,

"(Namakamu) tunggu, sial!"

(Namakamu) berdiri di depan pintu, sambil menatap pria itu tajam, "IQBAAL!!"

"KENAPA SAYANG, KANGEN YA?" Iqbaal ikut berteriak melihat kedatangan (Namakamu). Gadis itu tampak cantik sekali dengan wajah juteknya,

"LO, YA?!" Bahkan sesampainya di hadapan Iqbaal, gadis itu masih berteriak geram,

"Pelan-pelan, sayang! Kenapa, sih?" Iqbaal memasang wajah polos nya, seolah-olah dia memang benar tidak tahu apapun.

(Namakamu) menondongkan jari telunjuk nya, "Lo, yang ngambil sepatu gue?"

Iqbaal menggeleng kuat, "Ngga."

"Ngaku,"

"Suer, deh!" Serunya, sambil mengangkat dua jari nya,

Salsha menatap Aldi seolah bertanya; Iqbaal yang ngambil? Aldi menggeleng, ia memang benar tidak mengetahui apapun. Jika soal menjahili (Namakamu). Iqbaal tidak pernah mengajak nya,

Sebelum Aldi menjadi kekasih Salsha, ia memang sama jahil nya dengan Iqbaal, hanya saja sekarang sudah tidak berani karna dilarang, memang bucin Aldi tuh,

"Bohong!"

"(Nam), ini sepatu lo bukan?" Tanya Guntur, sambil mengangkat sebelah sepatu (Namakamu) yang ada digenggamanya.

"Lo, yang ambil?" Tuduh (Namakamu) ketus, "Ngga punya sepatu, bilang! Minta sama jokowi,"

"Enak aja, gue abis dari taman belakang, terus liat sepatu lo nyangsang dipohon jambu!" Ujar Guntur kesal karna di tuduh,

"O-oh," Sebelum (Namakamu) ingin berbalik badan menghadap Iqbaal, pria itu sudah berlari keluar kelas. (Namakamu) sungguh geram. Ia marah, yang di depan harap minggir, nanti keseruduk,

"IQBAAL, AWAS LO!!"

-oOo-

Bu Mina sedang menerangkan pelajaran sejarah di depan, semua murid mendengarkan nya dengan tenang. Tapi, wajah-wajah tenang itu sesungguhnya adalah wajah kesal, mereka sungguh bosan, penjelasan nya bikin ngantuk,

Iqbaal pun bosan, ia terus menerus menguap, ia mencolek teman sebangku nya, "Dy, keluar yo? Bilang aja lo sakit,"

Aldi membantah, "Bohong sama guru agama, abis itu suka sakit beneran. Bal,"

Dahi Iqbaal mengkerut, "Lah, dia kan guru sejarah,"

"Oh, emang iya?"

Iqbaal memutar bola matanya, malas. "Bilang aja lo ngga mau, Dy!"

Aldi terkekeh, "Gue mending disini, dari pada denger Caca nyerocos!"

"Bucin, bukan temen gue!" Ledek Iqbaal,

Aldi hanya bergidik, tidak peduli.

Setelahnya, pria itu diam, ia tersenyum seorang diri, bukan senyum manis, melainkan senyum jahat, "Ngeri amat," Dengus Aldi,

Entah sedang menulis apa dengan kertas selembar itu, tetapi Iqbaal tidak berhenti tersenyum, selesai menulis, ia mengepalkan kertas itu hingga menjadi gumpalan.

Iqbaal mengangkat lengan kanan nya. "Bu?" Semua menghadap ke Iqbaal, ingin tahu apa yang pria itu bilang.

"Kenapa? Ada yang mau ditanyakan?"

"Ngga, saya mau izin bu, anter (Namakamu) ke UKS." Ujarnya, sambil tersenyum menyebalkan,

(Namakamu) membelakan matanya, tidak terima, "Ngga bu, bohong!"

"Bener tau, bu! Nih dia ngasih saya ginian!" Seru Iqbaal sambil menunjukan kertas gumpalan, (Namakamu) membelakan matanya, lagi

"Saya baca ya, bu? Dia bilang. Iqbaal anter gue ke UKS dong, gue lagi pusing tambah pusing denger ocehan nya bu Mina, kalo lo ngga mau, ngga bakal gue kasih jatah!" Adu nya

Iqbaal menoleh pada (Namakamu), "Aku paling ngga suka di ancem, sayang!" Ujarnya sedih,

Salsha membekap mulut nya menahan tawa, teman teman yang lainya juga sama. (Namakamu) menyumpah serapahi Iqbaal yang kelewat menyebalkan itu,

"Silahkan, keluar!"

"Bu, tapi kan saya ngga--"

Bu Mina menggebrak meja, "Kamu keluar! Pusing kan denger ocehan saya? Saya juga pusing, punya murid kaya kalian berdua!"

Iqbaal terkekeh mendengarnya lalu dengan semangat, ia berdiri dari tempat duduk nya. Aldi berdecak, ia juga ingin ikut keluar, hanya saja ia takut Salsha marah.

Iqbaal berhenti di meja (Namakamu) "Kuy sayang, aku temenin," Bisiknya.

(Namakamu) mengelus-elus dada nya, "ISH! sabar,"

Salsha mendengar itu, ia hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Iqbaal yang sedang menjahili sahabat nya.

Iqbaal berjalan ke luar kelas, tetapi (Namakamu) masih belum bergeming, ia malas harus keluar dan berduaan dengan Iqbaal.

"Bu, (Namakamu) ngga mau, keluar!" Adu nya.

(Namakamu) menghela, pasrah.

Dengan tergesa gesa, ia bangkit dari duduk nya berjalan keluar kelas sebelum bu Mina bertambah geram,

Setelah di luar kelas. (Namakamu) menghentakan kaki nya, meluapkan emosi, "BRENGSEK!!"

Iqbaal menjulurkan lidah nya, ia berlari terlebih dahulu sambil tertawa kemenangan,

"(NAMAKAMU), KAMU NGATAIN SAYA!?"

(Namakamu) terkejut, "KAGAK," Dengan cepat, ia berlari dari depan kelas nya. Menghindari bu Mina sang guru killer yang membosankan,

-oOo-

Jakarta, 16 mei 2018
Revisi, 29 maret 2019

Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang