Chapter 1

103K 3.3K 39
                                    


Assalamu'alaikum ini tulisan pertama saya, tepat dipertama Ramadhan 2018. Semoga kalian suka, selamat membaca. 😃😃😃

***

Afra berlari kecil menyusuri koridor rumah sakit dengan semangat meski sedikit kecemasan. Ya kecemasan karena ini hari pertamanya bergabung dengan instalasi farmasi rumah sakit internasional terbesar kedua di kotanya.

Bagaimana tidak cemas, akhirnya setelah perjalanan panjang selama 3,5 tahun menyelesaikan S1 jurusan farmasi dan dilanjutkan 2 tahun double degre untuk mengambil profesi apoteker bersamaan gelar S2 jurusan farmasi klinik.

Afra sudah memiliki bekal untuk bekerja dan mengabdikan diri pada masyarakat dalam bidang kesehatan. Farmasi merupakan bagian pelayanan kesehatan yang berfokus pada obat-obatan.

Ini semua tidak saja karena kegigihan dan kecerdasan otak Afra, tetapi juga kerja keras Almaira Rubi kakak perempuan Afra. Dia yang menggantikan posisi setelah ibu mereka meninggal saat Afra duduk di bangku menengah pertama.

Afra sangat menyayangi kak Alma, pendidikan pun ia tempuh secepat mungkin agar tidak terus menjadi beban untuk kakaknya yang rela belum menikah hingga usianya 31 tahun untuk membiayai adik semata wayangnya.


Afra bertekad kuat untuk segera bisa membuat bangga ayah dan kakaknya. Beberapa surat lamaran sudah ia kirimkan ke beberapa rumah sakit, tak pernah disangka ia mendapat kesempatan bergabung di rumah sakit dengan bangunan dan peralatan serba modern dan canggih ini.

Tentunya agar dapat diterima di rumah sakit bertaraf internasional, Afra telah melewati serangkaian seleksi, dari 34 peserta hanya dua orang saja yang diambil.

Jangan ditanya bagaimana susahnya lolos seleksi tidak hanya memiliki IPK cumlaude, ketrampilan mumpuni, penampilan & atittude baik, juga kemampuan berbahasa Inggris tentunya. Bagaimana tidak, interview saja dilakukan dengan bahasa Inggris.

***

Langkah kaki Afra mendadak terhenti saat seorang gadis menyenggol bahunya, dia mengenakan seragam serba putih berlari keluar koridor dengan menangis dan muka yang merah padam.

"Afra kan, lewat sini sudah ditunggu pak Mikha." Panggil seseorang, ternyata mbak Ranti, senior di instalasi farmasi yang kemarin ditemui Afra saat perekrutan.

Afra yang dipanggil masih terpaku dengan gadis yang tadi menangis dan kini tinggal terlihat samar punggungnya saja.

"Jangan bengong, dia baru saja di cut sama bagian personalia." Kata mbak Ranti mengikuti arah pandang Afra.

"Maksudnya dipecat mbak?" Tanya Afra gugup, dihari pertamanya bekerja sudah mendengar pemecatan.

"Biasa masalah sosmed, dia sudah pernah dapat surat peringatan tapi ini sudah yang kedua kali." Jawab mbak Ranti sambil berlalu diikuti Afra, menuju salah satu ruang.

Sampai didepan pintu mbak Ranti mengetuk dan memberi jeda sesaat sampai diberikan izin masuk. Dan Afra tau ini ruangan pak Mikhail Putra sang kepala instalasi.

"Pak Mikha ini Afra pegawai baru, yang satunya belum datang pak masih dalam perjalanan." Kata mbak Ranti

"Oke makasih Ran, Afra kamu duduk dulu." Kata pak Mikha sambil menunjuk salah satu sofa, ia melanjutkan menandatangani beberapa berkas.

Mbak Ranti permisi dan melambai kecil kearah Afra yang disambut dengan senyuman terima kasih.

Dua puluh menit berlalu, Afra masih tetap menunggu. Pak Mikha masih sibuk dengan berkas dan menelpon, sesekali beliau melihat layar komputer. Sepertinya sedang melakukan order obat ke suplier.

Tepat saat pak Mikha selesai dengan berkas dan berjalan menuju sofa, pintu diketuk dan terbuka. Ternyata Wirda, apoteker baru yang lolos seleksi dengan Afra.

"Maaf pak saya terlambat." Kata Wirda gugup dengan wajah penuh peluh.

"Tak apa untuk kali ini, tapi saya harap jaga kedisiplinan kalian setelah bergabung disini. Atasan kita tidak mentolerir kesalahan sekecil apapun." Jelas pak Mikha pelan namun tegas.

Beberapa menit berlalu pak Mikha menjelaskan job description untuk mereka berdua, Wirda ditempatkan di unit rawat jalan sedangkan Afra di unit rawat inap.

Keduanya mendapat pembekalan berupa setumpuk berkas yang harus dipelajari. Hari ini waktu habis untuk memperdalam materi di unit masing-masing.

Afra pulang dengan menjelang ba'da Ashar, ia menyempatkan ibadah di masjid rumah sakit. Harapan sampai rumah bisa beristirahat dan mempersiapkan pendalaman materi besok pagi.

***

Afra pov

"Astaghfirullah capek bener hari ni, keliling rumah sakit yang gedenya minta ampun."

Itu direkturnya kayak apa sih, gampang banget pecat orang, nggak ada toleransi kesalahan sekecil apapun. Wuih bikin ngeri. Emang kita semua malaikat nggak ada salahnya.

Life goals ku pertama kerja dapat uang banyak buat nyenengin bapak, kedua cariin jodoh buat mbak ku yang paling cantik, ketiga kumpulin uang buat naik haji hehehe nunggu antrian dulu kali ya.

Whatever ya bray yang penting doa & usaha. Allah tuh sayang sama semua hambanya kalo ga ditunda ya diganti yang lebih baik hehehe positif kan mindset aku.

Ting tung. Notifikasi masuk, aku cari hape dalam tas yang langsung dapat. Secara tasku gitu, selalu rapi dan tertata. Ternyata group chat aku dan dua sahabat gilaku, Ervika dan Arga.

Ervika
"Ra kerjaan Lo gimana? Lancar?"
10.56

Ervika
"Ra ga bales nih, ga asik."
12.32

Arga
"Sibuk kali Ka."
12.35

Ervika
"Habis gue penasaran Ga, ini kan jam makan siang gak dijawab juga."
12.36

Ervika
"Beneran Lo ga mau jawab Ra, bonus krim malam dari produk kemarin gue embat ya."
15.17

Afra
"Itu mah maunya Lo Ka 😘.. gue masih jalan belum mpe rumah."
15.18

Ervika
"Kerjaan Lo?"
15.18

Afra
"Sadis.. dihari pertama gue ada yg kena pecat. Aturannya ketat banget, tar gue ditempatin di rawat inap."
15.19

Ervika
"Emang direktur Lo kayak apaan?"
15.19

Afra
"Ga tau gue belum ketemu, mungkin perut buncit, kepala botak n alis nyatu hahaa 😁😁😁"
15.20

Arga
"Woi dosa Lo pada omongin orang."
15.21

Ervika
"Nah tuh alisnya nyatu sama kayak Lo Ga 😜😜."
15.22

Arga
"Bodo.. alis nyatu juga gue cakep."
15.23

Afra
"Hahaa wkwkwk."
"Gaes Sabtu depan jangan lupa jadwal ketemu ya.."
15.24

Aku senyum sendiri baca grup chat. Mereka yang selalu mewarnai hariku, kasih semangat n suport. Selalu di garda depan saat aku ada masalah. Cukup Allah, keluarga n sahabat aja hidupku sudah sempurna.

***

dr. Satriya (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang