Mendung menutup sinar matahari sejak siang tadi. Kini hujan dan angin kencang sudah menghampiri saat Afra menuju basement parkir, akibat itu pula basement menjadi sedikit gelap dan sepi.Tangan Afra gemetar teringat insiden penyiraman oli bekas dulu. Karena sampai sekarang pelakunya belum juga ditemukan. Nyali Afra menciut saat mendengar petir menggema beberapa kali. Dia termangu menyadari tidak ada jas hujan dimotornya.
Ia sedikit lega melihat beberapa security tampak hilir mudik menjaga kondisi sekitar. Pak Gito datang menghampiri Afra.
"Mbak Afra ada yang bisa bapak bantu?"
"Emm terima kasih pak, mungkin sebaiknya saya kembali ke atas menunggu hujan sampai reda."
"Tidak bawa jas hujan mbak? Mau pinjam punya bapak?" Kata pak Gito saat melihat jok motor Afra yang masih terbuka.
"Jangan pak, tidak usah repot-repot."
"Bapak mbak Afra sudah sembuh?"
"Alhamdulillah pak sudah sembuh, sudah pulang dua hari yang lalu. Terima kasih ya pak sudah menjenguk bapak saya."
"Sama-sama mbak, kemarin itu sekalian memeriksakan kandungan istri saya."
"Istri pak Gito cantik, sepertinya sudah akan melahirkan ya pak?"
"Iya mbak perkiraan lahirnya dua minggu lagi."
"Semoga lahirannya diberi Allah kelancaran dan dedek bayinya sehat ya pak."
"Aamiin. Terima kasih doanya."
Pembicaraan mereka terhenti saat petir kembali menggelar, dari arah pintu darurat datang Satriya.
"Sore pak Gito." Kata Satriya. "Sha apa kabar?"
Afra mengangguk tidak mengeluarkan kata, ia lebih sibuk menenangkan debaran jantungnya. "Ada apa ini, apa aku mulai mencintainya, tapi apakah boleh, bukankah dia yang akan menjadi pelabuhan hati kakak." Suara batin Afra.
"Ini pak dokter, mbak Afra tidak membawa jas hujan." Kata pak Gito. Satriya menoleh melihat kearah jok motor Afra. Ia melihat parasut silver.
"Itu ada jas hujan." Satriya menunjuk kearah parasut tersebut.
"Ini parasut untuk menutup motor pak." Kata Afra.
"Fungsinya untuk apa?"
"Biar motor saya nggak kepanasan pak."
"Hahaa kamu aneh, motor kamu tutupi biar nggak kepanasan tapi kamu sendiri harus kehujanan karena tidak bawa jas hujan." Satriya tertawa terpingkal.
"Hanya karena saya tidak bawa jas hujan bukan berarti bapak bisa mentertawakan saya pak." Afra bersungut-sungut.
"Mbak Afra bukankah basement itu teduh jadi motor mbak nggak perlu pakai parasut penutup motor ya." Kata pak Gito menambah merah muka Afra dan semakin panas kupingnya.
"Ya sudah, ayo Sha saya antar kamu pulang." Satriya menawarkan.
"Tidak pak. Terima kasih." Kata Afra penuh penekanan, harga dirinya menahan untuk tidak menerima kebaikan Satriya.
"Nanti kita nggak hanya berdua, saya juga akan menjemput seseorang."
Rasa nyeri menusuk ulu hati Afra, dia sudah menduga siapa yang akan dijemput Satriya. "Seandainya saja metampiron mampu menghilangkan nyeri ini pak dokter." Batin Afra lagi.
"Tidak pak. Terima kasih." Afra mengulang ucapannya, dia segera menutup jok motor dan bersiap menerobos hujan. Kemudian berpamitan dengan senyum kepada pak Gito, tetapi tidak kepada Satriya.
KAMU SEDANG MEMBACA
dr. Satriya (Completed)
General FictionShafira Afra, M.Farklin, Apt "Dia pikir dia siapa bikin aturan ga jelas, suka pecat karyawan sesuka hati. Dasar pemimpin arogan." dr. Satriya Adna Syakeil, SpPD "Apa bedanya coba, nggak tau banyak tentang aku tapi dia berani menyimpulkan dengan peni...