Assalamu'alaikum..
Nggak nyangka sudah dipertengahan Ramadhan 😄 dr. Satriya masuk chapter 9.. saya tidak bisa membuat cerita yang sarat konflik, tapi semoga kalian suka. Selamat membaca.***
Hari ini Afra harus sampai rumah sakit pukul enam pagi, karena beberapa faktur atau surat bukti pengiriman obat ada yang belum di entry ke sistem informasi manajemen. Mengingat kemarin tidak bisa dilakukan karena ada gangguan jaringan.
Dia tidak mau pelayanan farmasi terganggu karena obat-obat yang tidak ada dalam menu komputer.
Saat memasuki basement parkir kendaraan roda dua Afra bertemu dengan Wirda pegawai farmasi yang diterima bersamaan dengan Afra, keduanya saling menyapa.
"Afra gimana kerjaan kamu? Katanya sekarang juga diperbantukan di Tim pengadaan ya?" Tanya Wirda.
"Iya Da, sampai pak Mikha pulang dari Umroh. Kerjaan kamu gimana?"
"Aku senang sekali dimasukkan tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit. Ketemu banyak orang kasih edukasi kesehatan untuk semua lapisan masyarakat. Kapan-kapan kamu ikutan ya kalo ada acara keluar, asik kok kegiatannya." Kata Wirda yang hanya dibalas senyum oleh Afra.
"Oya Ra, yang aku dengar kamu juga dimasukkan tim Akreditasi ya? Nggak nyangka ya di rumah sakit ini kita dikasih kesempatan untuk berpartisipasi lebih banyak, secara kita kan orang baru."
"Iya, aku kira cuma aku yang dimasukkan tim, ternyata kamu juga. Malu aku kemarin sempet ogah-ogahan ngerjain dokumen." Kata Afra.
"Kita semangat ya Ra dukung setiap kegiatan di rumah sakit. Berikan yang terbaik semaksimal kemampuan kita, banyak senyum untuk menularkan senyuman ke orang lain." Kata Wirda sambil mengacungkan jempol.
Keduanya berpisah karena berlainan arah, obrolan santai ditutup dengan lambaian tangan dan senyuman untuk saling menyemangati satu sama lain.
Afra merasa Wirda orang yang ramah, tidak heran jika ia dimasukkan tim promosi kesehatan. Sikapnya yang hangat dan banyak bicara memiliki nilai plus untuk masuk ke tim itu.
Apa yang Afra petik dari seorang Wirda adalah ketika apapun background sosial kamu dan apapun masalah yang kamu hadapi, saat bertemu dengan dunia kerja harus bisa menjadi orang yang mampu memberikan kebaikan untuk orang lain. Tidak hanya untuk sesama rekan kerja, pengunjung rumah sakit, tapi terutama pasien juga untuk pasien.
***
Saat berada di lorong yang menghubungkan antara ruang logistik dan instalasi bedah, Afra bertemu dengan seseorang yang semalam ia jumpai di cafe saat makan malam bersama kak Alma dan Bapak.
Afra sempat tertegun melihat penampilan siapa lagi kalau bukan dokter Satriya, ia tidak dengan setelan resmi seperti biasanya. Pagi ini Satriya mengenakan setelan jaga hijau baik baju maupun celana, rambutnya agak berantakan seperti disisir asal dengan jari.
Afra menimbang dalam hati antara mau menyapa atau tidak. "Lha barusan ngomongin soal memberikan kebaikan, sekarang malah enggan. Tapi kalo mo nyapa kok masih males sama kejadian kemarin siang ya." Batin Afra.
Tanpa disangka Satriya menyapa terlebih dahulu.
"Pagi sekali Sha?" Tanya Satriya.
"Iya dok, ada entry an yang harus saya selesaikan. Dokter jaga malam?"
"Semalam pasien saya harus operasi cito (segera/ tidak bisa ditunda), saya harus menunggu untuk memastikan beliau tidak apa-apa. Subuh tadi baru selesai observasi dan sudah dipindah ke ruang intensif." Jelas Satriya dengan menguap menahan kantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
dr. Satriya (Completed)
Ficción GeneralShafira Afra, M.Farklin, Apt "Dia pikir dia siapa bikin aturan ga jelas, suka pecat karyawan sesuka hati. Dasar pemimpin arogan." dr. Satriya Adna Syakeil, SpPD "Apa bedanya coba, nggak tau banyak tentang aku tapi dia berani menyimpulkan dengan peni...