Dirgahayu Indonesia 😘😘
***
Persiapan bakti sosial sudah memasuki tahap akhir. Sabtu pagi menjadi hari penting pelaksanaan bakti sosial di panti jompo. Yang Afra tau ternyata panti ini didirikan oleh keluarga Satriya.
Afra telah mempersiapkan obat-obatan yang akan dibawa ke panti. Jarak antara rumah sakit dengan panti membutuhkan waktu berkendara kurang lebih dua jam. Rombongan dengan menggunakan bus berukuran sedang. Kurang lebih ada dua puluh personil yang terlibat dalam acara tersebut.
Afra masih duduk di lobi rumah sakit, tempat mereka berkumpul menunggu bus yang belum datang. Untuk mengusir rasa bosan Afra mengeluarkan handphone dan mencari aplikasi kesukaannya.
"Afra, bawaan kamu apa saja?" Tanya Wirda mengejutkan Afra.
"Satu ransel doang. Kita nggak nginep kan?" Kata Afra dengan senyum dan melirik kearah bawaan Wirda lalu mengernyit.
"Aku bawa tas besar ini karena mau langsung pulang kampung mumpung besok libur." Ucap Wirda menyadari kernyitan dahi Afra. "Obatnya sudah siap semua?"
"Siip sudah beres.. sudah aku masukan dalam container. Termasuk klip obat, cuma yang bikin berat mortir dan stamper-nya."
"Lho kamu bawa mortir buat apa?"
"Jaga-jaga aja sih, siapa tau nanti ada lansia yang nggak bisa minum obat tablet. Jadi kan harus kita gerus dulu." Jelas Afra.
"Oke deh, kamu memang ahlinya."
"Ish apaan sih.." kata Afra malu.
Saat bus tiba semua rombongan berjajar dan menaiki bus satu persatu, sebagian personil pria mendapat jatah untuk mengecek dan memasukkan logistik kedalam bagasi bus. Selain alat kesehatan untuk pemeriksaan dan obat, mereka juga membawa berbagai macam buah dan kue untuk dibagikan di panti.
Rudi yang bertugas menjadi kepala rombongan selesai mengabsen setiap personil. "Mohon tenang, personil sudah lengkap. Sambil menunggu pak direktur, saya bacakan pengarahan dulu."
Afra duduk bersebelahan dengan Wirda, mereka menyimak pengarahan yang disampaikan Rudi. Seseorang menaiki bus dengan tenang, penampilannya sangat fresh ditambah rambut yang masih basah dan disisir rapi.
Dia sangat mempesona, dan dia tidak lain adalah Satriya. Setelah insiden hujan deras itu ini adalah pertemuan pertama mereka. Masih dalam diam, didepan sana Satriya melihatnya, mata mereka bertemu. Afra segera menundukan pandangan dan menenangkan irama jantungnya. "Tenang Ra, dia mau jadi kakak lo." Batin Afra.
Rudi segera menutup pengarahan dan mempersilahkan Satriya untuk memimpin doa. Tidak disangka Satriya dengan fasih mengucapkan beberapa doa bahkan ada yang Afra tidak menghafalnya. Afra semakin kagum dengan dokter ini. Penilaian buruk tentangnya semakin pudar menghilang tertutup dengan kenyataan yang sesungguhnya.
Seusai doa yang diamini oleh peserta, mereka siap berangkat. Tetapi Satriya dan Mikha tidak berada dalam satu rombongan bus. Mereka berdua membawa mobil sendiri.
***
Sampai di panti mereka disambut dengan antusias, empat puluh kakek dan nenek menghuni di panti tersebut, mereka terlihat bahagia. Satriya dan Mikha yang sudah sampai duluan sudah menyapa satu persatu penghuni.Bakti sosial diawali dengan sambutan dan pembukaan oleh Satriya. Selanjutnya mereka menggelar pemeriksaan kesehatan. Satriya yang notabene adalah dokter spesialis penyakit dalam dibantu oleh dua orang dokter umum. Dan setiap dokter dibantu oleh seorang perawat sebagai asisten.
KAMU SEDANG MEMBACA
dr. Satriya (Completed)
General FictionShafira Afra, M.Farklin, Apt "Dia pikir dia siapa bikin aturan ga jelas, suka pecat karyawan sesuka hati. Dasar pemimpin arogan." dr. Satriya Adna Syakeil, SpPD "Apa bedanya coba, nggak tau banyak tentang aku tapi dia berani menyimpulkan dengan peni...