Acara lamaran Alma telah berlangsung dengan khidmat, beberapa tamu sudah pamit untuk pulang. Kini tinggal beberapa sahabat yang masih tinggal.
"Abang, ya Allah dicari dari tadi juga, ternyata disini." Satriya terhenyak karena adik semata wayangnya berteriak tepat ditelinganya.
"Ini nemenin Shafira lagi capek habis olah raga." Kata Satriya.
"Olah raga? Mana ada olah raga pakai kebaya?" Nadine mengerutkan keningnya.
"Beneran Nad. Kan olah raganya cuma pakai jantung doang, badannya enggak." Ucap Satriya dengan senyum jahilnya. Afra melotot ke arah Satriya, sedangkan Nadine yang mulai menangkap maksud Satriya menatap ke arah Afra.
"Maksudnya kakak cantik sport jantung? Kenapa? Bisa, cerita ke aku?"
Kedua pipi Afra kembali merona, tubuhnya berkeringat karena tak mampu menjawab pertanyaan Nadine.
"Hey anak kecil, makan kamu udah kelar? Yuk aah cabut." Sanggah Satriya untuk mengalihkan perhatian Nadine. Mereka bertiga kembali ke ruang tengah bergabung dengan tamu yang masih tersisa.
Di ruang tengah ternyata bapak sedang mengobrol dengan Bunda dan dokter Tejo. "Saya sih terserah Afra saja bagaimana baiknya." Ucap bapak.
"Saya sangat menyayangi Shafira pak, putri bapak itu pembawaannya kalem dan anggun. Cocok dengan Satriya yang usil." Kata Bunda, Satriya yang mendengar ucapan Bunda sepertinya tidak terima.
"Bunda.. Satriya kan baik nggak usil." Kata Satriya.
"Abang memang nggak usil, dia itu baik hati dan suka memberi. Memberi perintah maksudnya." Canda Nadine membuat semua yang mendengar tertawa.
Gemuruh jantung yang sejak tadi menghentak dada Afra kian mereda berganti dengan satu rasa bernama, kelegaan. Beberapa kali ia memanjatkan rasa syukur kepada Sang Khalik atas apa yang terjadi. Posisinya tidak menjadi penghalang kebahagiaan kakaknya.
Dan setelah semua tamu benar-benar pamit undur diri kini giliran keluarga calon suami Alma yang berpamitan. Bapak dan sahabatnya itu saling memeluk dan menepuk bahu. Mereka saling mengucapkan syukur dan senyuman tersungging diwajah keduanya.
Afra yang telah memperkenalkan diri meminta maaf karena tidak dapat menghadiri acara makan malam tempo hari. Ia senang, meskipun keluarga calon kakak iparnya sangat terpandang ternyata mereka tidak membedakan status sosial.
Malam ini pun Afra lengkapi dengan tahajud bersyukur atas nikmat Allah dan memohon ampunan segala dosa yang telah ia perbuat. Tidak lupa ia mendoakan kebahagiaan untuk kakaknya. Mendoakan bapak ibunya, karena hanya dengan cara itulah yang bisa membuat ia tenang menjalani hidupnya.
***
Beberapa hari setelah acara lamaran Alma, semua kembali dengan rutinitas seperti biasa. Sedikit yang berbeda karena Afra sekeluarga mulai mempersiapkan pernikahan Alma yang akan dilaksanakan kurang lebih dua bulan lagi.
Bapak memang menghendaki Alma segera menikah setelah lamaran diterima. Karena tidak menginginkan hal yang tidak baik terjadi sebelum akad diucapkan.
Bapak selalu mengingatkan kepada kedua putrinya itu untuk selalu meminta kepada Allah agar diberikan jalan yang halal dan baik untuk perjodohan.
Afra bersyukur kakaknya Insya Allah akan mendapatkan pasangan yang baik. Meski awalnya Afra melihat Nathan sesosok pria yang menakutkan dengan sikap tegas dan wajah yang jarang tersenyum. Tetapi berangsur pikiran itu hilang setelah melihat bagaimana cara Nathan memandang kakaknya, dan cara berbicara Nathan sangat lembut kepada kakaknya. Begitu pula sikap tomboy dan tegas Alma sirna jika berhadapan dengan Nathan. Maka tahulah Afra bahwa keduanya memang sangat cocok.
KAMU SEDANG MEMBACA
dr. Satriya (Completed)
General FictionShafira Afra, M.Farklin, Apt "Dia pikir dia siapa bikin aturan ga jelas, suka pecat karyawan sesuka hati. Dasar pemimpin arogan." dr. Satriya Adna Syakeil, SpPD "Apa bedanya coba, nggak tau banyak tentang aku tapi dia berani menyimpulkan dengan peni...