Varo bersorak girang sambil mengepalkan tinjunya ke atas. Ia sangat bahagia saat ini karena tuntas dalam pelajaran matematika. Ia bahkan sudah lupa bagaimana rasanya tuntas dalam pelajaran matematika. Bahkan terakhir kali ia merasakannya saat masih duduk di bangku smp.
"Abel! makasih banget, Bel! lo itu sahabat paling baik sedunia." Ucap Varo dengan wajah yang berseri-seri sambil memeluk Abel dari belakang. Sesaat Abel bingung melihat sahabatnya yang semakin hari semakin tidak waras.
"Tumben lo manggil gue Abel, biasanya juga Rara."
Fyi, Abel paling benci dipanggil Rara, dan Varo paling benci dipanggil Yoyo. Katanya itu mirip dengan mainan yoyo, tetapi Abel tetap memanggilnya Yoyo sampai saat ini.
"Gak, pokoknya gue makasih banget sama lo."
"Makasih buat apaan?" Tanya Abel dengan kening berkerut sehingga alisnya yang tebal menyatu dengan sempurna.
"Makasih udah ngajarin gue dengan sepenuh hati dan sepenuh cinta, sehingga nilai matematika gue tuntas meskipun ga sempurna."
"Dih, sepenuh cinta? Lo yakin gue ngajarinnya pake cinta?" Balas Abel sambil tertawa terbahak-bahak, lalu melanjutkan mencatat nama-nama anak yang tidak tuntas.
"Untuk pertama kalinya gue tuntas metik pas SMA." Oceh Varo dengan nada bangganya. Lagi-lagi Abel hanya membalas ocehan cowok tampan tersebut dengan senyuman sembari kembali menulis melanjutkan tugasnya.
Di tengah keramaian kelas mereka duduk di sana. Terkadang mereka berdua mendiskusikan hal-hal tidak penting lainnya yang selalu membuat keduanya tertawa bersama.
"Hari ini giliran gue yang nginap di rumah lo ya?" Tanya Abel, memastikan. Cowok tersebut mengangguk. Setiap hari sabtu dan minggu, mereka akan bergantian menginap di rumah satu sama lain. Kegiatan tersebut sudah dilakukan sejak mereka masih berumur 5 tahun dan berlanjut sampai sekarang.
"Asik banget ya kalian berdua. Yang lain pada kumpul-kumpul rencanain party selesai semesteran, kalian malah asik ngobrol berdua di sini." Tegur Daffa yang kini sudah duduk di depan cewek putih, berambut panjang, dan berhidung mancung tersebut.
"Biasa lah, Dap." Jawab Varo.
"Nih, lagi bahas matematika yang bikin Yoyo pusing tujuh keliling." Balas Abel sambil cekikikan.
"Gak! Sekarang matematika, bukan musuh gue. Mulai detik ini juga, gue sama matematika resmi jadian."
"Wah, beneran ya? berarti gue gak perlu capek-capek ngajarin lo dong." Tanya Abel dengan mata berbinar.
"Yaah, nggak gitu dong, Ra. Lo tetap bisa kok jadi orang ketiga di antara gue sama matematika. Kesempatan buat lo terbuka lebar di hati gue." Ucap Varo sambil menepuk dadanya sendiri. Abel tertawa sambil meninju bahu kiri Varo dengan pelan.
"Ngenes banget sih, sampe pacaran sama matematika." Ejek Daffa.
"Yeee, kayak lo tuntas aja."
"Gue tuntas kok! gue kan termasuk murid terpintar di kelas ini."
"Pintar nyontek kali!" Jawab Abel dan Varo bersamaan.
"Ck, kompak bener sih lu berdua. Gue sama Lala aja gak kayak gitu."
"Makanya, Ajakin buat kompak lah." Balas Varo santai sambil merangkul Abel yang sibuk menulis.
"Gimana caranya?" Tanya Daffa dengan excited. Cowok tersebut bahkan memajukan tubuhnya sedikit agar dapat mendengar Varo dengan jelas.
"Gampang! gini nih..." Varo merain tangan cowok tersebut lalu ber-tos ria dengannya. Daffa mengangkat sebelah alisnya dengan heran, kemudian ia tersadar dengan apa yang dilakukan temannya.
"Maksud gue bukan tos, bego! gak sembuh-sembuh ah kebegoan lo. Malah nambah kadar kebegoannya." Gerutu Daffa sambil menoyor kepala Varo kebelakang. "Sahabat lo nih, Bel!" Abel melirik Daffa lalu mengangkat sebelah alisnya.
"Dih, mana punya gue sahabat bego kayak gini." Jawab Abel dengan malas sambil menoyor kepala Varo ke kanan. Tangan Varo yang berada di pundak Abel dengan otomatis memukul pundaknya pelan. Abel melirik Varo dengan sinis.
"Apa lagi, hah? Lo kalau laper suka rese deh ya."
"Buset. Lo tau aja kalau gue lagi laper."
"Lebay, gitu doang kaget." ucap Abel sambil memutar bola matanya, malas.
"Terkejoed abang, dek. Ternyata adek begitu perhatian sama abang." Varo berpura-pura mengusap air matanya agar terlihat seperti terharu.
"Alayyyy." Balas Daffa.
"Sewot banget lo, ew! bilang aja iri!! nah beb, karena lo udah tau gue lagi laper tingkat dewa lantaran gue belom makan dari pagi, mending sekarang lo temenin gue ke kantin." Ucap Varo sambil menarik tangan Abel. Cowok tersebut sudah berdiri dan siap pergi menuju kantin.
"Aduhhhhh. Lo ribet banget sih, Yo. Bentar! satu nama lagi."
"Yaudah, buruan. Heh, lo mau ikut gak, nyet?" Tanyanya kepada Daffa. Cowok bermata coklat muda itupun menggeleng.
"Gak ah, ntar gue ganggu pasangan yang sedang berbahagia ini." Ejek Daffa sambil terkekeh.
"Njir. diem lo, Dap. Rese juga nih monyet. Nih, hukuman lo karena ngolok gue." Ucap Abel sambil memberikan kertas berisi nama yang sudah ia tulis. Daffa mengernyit heran.
"Buat apa?"
"Kasiin ke Atha ya, Dap! dadaahh Dapaaaaa." ucap Abel sambil ikut berlari karena Varo menariknya.
"Njir. Apes bener dah."
F r i e n d s
Iye-iye tau, cerita yang kemaren blm abis udah bikin baru aja
Wkwkwkw
But, ya! Hope u enjoy it!❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS (Completed)
Teen Fiction"Menurut gue, ga ada namanya sahabat diantara cewek sama cowok. Gue bener-bener yakin bakal ada perasaan meskipun cuma sedikit." Ucap Bara sambil menatap bintang-bintang di langit yang semakin indah jika dipandang dari sini. Abel menoleh sambil meng...