8

60 11 3
                                    

Varo melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah Abel. Cewek tersebut pun sudah 3 kali memukul pundak Varo agar berhati-hati.

"Ambil baju-baju lo." Suruh Varo ketika sudah tiba di rumah Abel. Cowok tersebut tidak ikut masuk ke dalam rumahnya, ia memilih duduk di atas motornya sambil menunggu Abel mengambil barang-barangnya.

Abel memasuki rumahnya, ia membawa kunci rumah sendiri karena Ryan jarang pulang dan nenek jarang pergi keluar.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam." Abel mengernyit, karena itu bukan suara neneknya, seperti suara laki-laki. Tetapi ia ingat bahwa kemarin Ryan bilang akan menginap di rumah temannya lagi.

"Udah pulang?" Tanya papanya saat Abel sudah berada di ruang keluarga. Abel meremas rok abu-abunya. Cewek tersebut sedang tidak ingin bertengkar. Ia pun segera masuk ke kamarnya, mengganti tas ransel sekolahnya dengan tas yang sudah berisi baju-baju untuk menginap di rumah Varo. Setelah mengganti tasnya, ia keluar dari kamar.

"Mau kemana lagi? Papa kan—"

"Bukan urusan papa." Jawab Abel dengan nada sarkas. Ia pun berpamitan dengan neneknya yang berada di dapur lalu segera berlari menuju pagar tanpa bicara apapun lagi.

"Lo kenapa? Lo jatoh? Muka lo merah banget kayak mau nangis." Tanya Varo sambil memegang kedua bahu Abel yang matanya sudah berkaca-kaca.

"Bukan, bego." Jawab Abel dengan suara parau.

"Kenapa? Cerita ke gue."

"Papa..." raut wajah Varo berubah. Alisnya tebalnya hampir saja menyatu. Cowok tersebut tidak bisa berkata apa-apalagi selain memeluk Abel yang sudah menangis sejadi-jadinya.

"Lo ga boleh nangis lagi, Ra. Dia bokap lo. Gimana pun juga lo harus tetap baik sama dia. Dia begini karena merasa bersalah, dia mau ngebaikin semua yang udah dihancurin sama dia."

"Tapi gue ga rela, Yo gue ga rela." Lirih Abel sambil memeluk Varo dengan kuat.

"Gue tau, Ra. Tapi ini saatnya lo baikan sama bokap lo. Mau sampai kapan lo kayak gini?" Tanya Varo sambil menepuk-nepuk punggung Abel.

"Udah, Yo. Bawa gue pergi dari sini." Ucap Abel sambil mendongak, melihat Varo dengan mata bengkak. Varo mengusap air matanya lalu memberikan jaketnya kepada Abel. Cowok tersebut juga memasangkan helm kepada Abel.

Tanpa bicara apapun lagi, keduanya segera melaju menuju ke rumah Varo.

***

"Assalamualaikum." Ucapnya sambil menaruh sepatunya ke rak sepatu yang terbuat dari kayu. Rika—mamanya segera turun untuk menyambut keduanya.

"Wa'alaikumsalam. Raraaaa, tante kangen." Rika memeluk Abel dengan erat seperti anak sendiri. Abel membalas pelukannya. "Minggu kemarin tante ada urusan di Bangkok, makanya tante gak bisa ketemu kamu. Eh iya, mata kamu kenapa? Kok bengkak gitu? Pasti Yoyo jahil lagi ya? Kamu apain Yo si Raranya?" Tanya Rika sambil memegang pipi Abel.

"Nggak ma, bukan Yoyo." Jawab Varo dengan cepat , "Lagian mama, udah pulang bukannya nyariin anaknya malah nyariin Rara duluan." Gerutu Varo sambil memajukan bibirnya.

Rika memukul bahu anaknya dengan pelan, "Ish, kamu ini. Cemburuan." Protes Rika sambil menarik tangan anaknya lalu memeluk Varo.

"Kalau gitu Yoyo ke atas dulu, ma." Ucap Varo sambil menarik pergelangan tangan Rara menuju kamarnya.

Ya, mereka tidur dalam kamar yang sama. Tetapi tenang saja, Varo memiliki tempat tidur bertingkat.

"Ah, ga asik." Protes Varo sambil menatap Abel. Abel menaikkan sebelah alisnya. "Gara-gara tadi, lo jadi badmood gini." Lanjutnya sambil duduk di pinggir kasur.

Abel hanya tersenyum hambar sambil menaruh tasnya, "Lo kan tau sendiri, Yo seberapa bencinya gue sama bokap sendiri."

"Tapi lo ga bisa gini terus, Ra. Lo harus belajar maafin dia." Rara membuang pandangannya ke arah lukisan bangunan yang dibuat oleh Varo. "Oke, gue minta maaf kalau gue sekarang malah makin ngebuat lo badmood, gue ngerti perasaan lo."

"Nggak, lo ga ngebuat gue badmood." Varo tahu Abel sedang berbohong. Cowok itu pun langsung menyambar tangan Abel lalu mengajaknya keluar kamar.

"Mau kemana?" Tanya Abel yang tentu saja bingung.

"Jalan-jalan."

"Yoyo mau dibawa kemana Raranya? Mama kan belum ngobrol-ngobrol sama Rara." Tanya Rika yang sedang menonton tv.

"Jalan-jalan ma. Raranya lagi badmood"

"Oh yaudah. Hati-hati ya, Yo. Jangan ngebut-ngebut. Ra, kalau Yoyo ngebut lagi, kasih tau tante." Kata Rika sambil menatap Varo dengan tajam.

Varo mengelus dadanya, "Ya Allah, emak gue." Abel tertawa kecil, sedangkan Rika hanya tersenyum.

"Yaudah, jangan malam-malam pulangnya." Ucap Rika sambil mencium kedua anak sma tersebut.

"Iya ma, dah."

F r i e n d s

FRIENDS (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang