Keesokannya Abel maupun Bara tidak ada yang membuka pembicaraan sama sekali. Mereka berdua memilih diam walaupun terkadang Bara tersenyum, bermaksud untuk menyapa Abel, namun Abel membuang pandangannya ke arah lain. Ia tak berani menatap cowok tersebut.
Kedua temannya, Ghea dan Varo tentu saja merasakan ada hawa aneh di antara Abel dan Bara. Mereka berdua bahkan sempat bertanya baik ke Abel maupun ke Bara. Namun tidak ada jawaban pasti mengapa suasananya menjadi seperti ini.
Mereka berempat pun menaiki bis yang menuju ke Jakarta. Ya, mereka akan pulang hari ini. Tepat setelah kemarin Bara mengungkapkan perasaannya selama ini.
"Lo mau duduk sama Abel?" Tanya Varo sambil membuang pandangannya.
"Nggak usah. Lo aja." Jawab Bara seraya tersenyum. Ia pun menepuk pundak Varo sebanyak dua kali, lalu menaiki tangga bis tersebut. Varo menatap heran ke arah Bara. Padahal ia sudah rela jika cowok tersebut ingin duduk di sebelah sahabatnya.
Untuk sementara ini, sepertinya mereka tidak bisa saling berhubungan.
***
Perjalanan Bandung-Jakarta cukup lama. Membuat seluruh penumpang bis mengantuk. Lampu bis sudah dimatikan. Bara pun bergegas untuk tidur. Ia mencari posisi ternyaman untuk tidur di kursinya. Baru saja menutup mata sejenak, tapi pikirannya sudah melayang kemana-mana.
Cowok tersebut membuka matanya lagi, ia melihat lockscreen nya, wajah Abel terpampang jelas di sana. Ekspresi bahagianya terpancar. Itu adalah foto yang ia ambil waktu mereka ke kebun teh. Tepat sebelum akhirnya Ghea mengajak ketiganya berfoto bersama.
Bara tersenyum sendu. Ia pergi ke pengaturan dan mengutak-atik beberapa kali.
Kali ini lockscreen nya sudah berubah.
***
Pagi telah tiba, Abel merentangkan tangannya sebelum duduk di atas tempat tidurnya. Kemarin yang ia ingat hanya bangun dari bis, lalu pulang ke rumah setelah mendapat izin dari guru, tanpa pamit kepada teman-temannya. Perempuan tersebut duduk termenung.
Hari ini, hari yang sepertinya akan membuat Abel sedih. Karena Bara akan pergi. Ia pun mencoba menghubungi Bara dengan cara mengirimkannya pesan.
Abel : lo udah berangkat?
Belum. Knp? : Bara
Abel : udah di bandara?
Udah. : Bara
Abel : gue boleh ketemu?
Abel : pliss, sebentar aja. Boleh ya?Yaudah. Gue kasih waktu bentar aja. : Bara
Gue lagi di starbucks bandara. : BaraAbel : ok, tunggu gue.
Abel menggigit bibir bawahnya sambil mengetik pesan tersebut. Ia pun langsung menyambar handuk dan pergi ke kamar mandi.
***
Perempuan tersebut celingak-celinguk mencari keberadaan Bara. Kemudian bahunya pun ditepuk dari belakang oleh seseorang. Abel menoleh dengan cepat.
"Hai—"
"Jangan pergi." Ucap Abel sambil menatap Bara dengan mata berkaca-kaca. Bara menatapnya bingung.
"Jangan pergi, Bar gue mohon." Mohonnya lagi kali ini sambil menggenggam tangan Bara, seakan-akan tidak ingin membiarkan Bara pergi. Air mata meluncur bebas di pipinya. Bara tertegun melihat Abel yang berada di hadapannya.
"Bel—"
"Semua yang lo bilang itu ga bener." Ucapnya sambil terisak. "Jangan pergi, Bar gue mohon."
"Gue suka sama lo." Ucap Abel pada akhirnya. Ia menatap Bara masih dengan matanya yang penuh air mata. Tak peduli bagaimana orang lain menatapnya. Ia hanya ingin meluruskan semuanya.
"Gue sayang sama lo. Gue bener-bener sayang sama lo. Alasan kenapa gue nolak semua cowok yang dekatin gue, alasan kenapa gue nolak Varo—"
"Lo?"
"Iya. Gue nolak dia. Karena gue sayang sama lo. Gue ga mau kehilangan lo. Gue tau ini mungkin kedengarannya alay. Tapi gue bener-bener sayang sama lo, Bar. Gue ga rela lo pergi ninggalin gue gitu aja."
"Tapi kapan?"
"Dia nembak sebelum kita ke Bandung. Gue ga tau lagi mau ngomong kapan kalau gue nunda-nunda terus. Makanya gue minta waktu lo bentar aja hari ini. Tolong ubah keputusan lo... gue sayang sama lo. Tapi kalau emang lo ga mau, ga papa. Gue terima semuanya. Ini salah gue." Abel menghapus air matanya. Ia mencoba tersenyum di hadapan Bara.
"Gue ga bisa." Perempuan tersebut mendongak.
"Gue ga bisa batalin penerbangan ini. Gue ga mau kehilangan lo juga. Gue ga mau lo dimiliki orang lain. Jadi..."
"Lo mau ga jadi pacar gue?"
F r i e n d s
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS (Completed)
Teen Fiction"Menurut gue, ga ada namanya sahabat diantara cewek sama cowok. Gue bener-bener yakin bakal ada perasaan meskipun cuma sedikit." Ucap Bara sambil menatap bintang-bintang di langit yang semakin indah jika dipandang dari sini. Abel menoleh sambil meng...