15

64 8 3
                                    

Kini mereka telah tiba di Bandung. Suara berisik dari murid-murid telah terdengar, Varo masih duduk sambil menahan kepala Abel agar perempuan tersebut tidak terjatuh dan membangunkannya secara paksa. Mendengar keributan, Abel pun terbangun dengan posisi tidur yang langsung membuatnya sadar.

"Maaf-maaf, Bar. Gue ga—" ucapannya terpotong ketika yang ia lihat di sampingnya bukanlah Bara, namun Varo yang kini sedang tersenyum kikuk. Perempuan tersebut langsung membuang pandangannya. Ia pun beranjak dari kursinya, berniat mengambil tas lalu segera mencari Bara yang telah meninggalkannya berdua dengan laki-laki yang sedang tidak ingin ia temui saat ini.

Setelah mengambil tasnya, Abel pun pergi keluar dari bus lalu segera mencari Bara. "Bar! Bara!" Panggilnya sambil berlari ketika melihat Bara baru saja keluar dari minimarket. Mendengar namanya dipanggil, Bara pun segera menoleh dan mendapati Abel sedang berlari ke arahnya dengan tas punggung yang sangat berat.

Melihat hal tersebut Bara pun segera menghampiri Abel yang berlari dengan susah payah.

"Sini gue bawain tas lo." Tawar Bara sambil memakan roti yang baru saja ia beli. Tidak diduga-duga, Abel memukul bahunya. Wajahnya memerah sambil memukul bahu Bara berkali-kali. Membuat cowok tersebut kebingungan. Jika sudah seperti ini, yang Bara tahu ia hanya harus memeluk Abel dan memegang kedua tangannya agar tidak lagi memukulinya.

Bara mengusap kepala Abel lembut dan ia mulai mendengar isakan cewek tersebut. Tentu saja ia terkejut dan ingin melepaskan pelukan tersebut lalu melihat wajah Abel, namun Abel memeluknya terlalu erat seakan-akan tidak ingin Bara pergi dan meninggalkannya lagi.

"Lo kenapa?" Tanya Bara dengan hati-hati sambil mengusap-usap kepala Abel yang masih saja menangis. Bara mengabaikan pandangan teman-temannya yang melihat ke arah mereka berdua sambil tersenyum jahil.

"Lo kenapa tega ninggalin gue sama dia? Kok lo tega sih nukar tempat lo buat dia? Lo ga suka sama gue? Gue terlalu ribet, ya? Gue cerewet sampai bikin lo ga nyaman, ya? Ngomong, Bar. Lo kenapa sih susah banget buat jujur ke gue?" Tanya Abel masih diiringi dengan isakan. Bara menghembuskan napas beratnya. Ia menepuk-nepuk bahu Abel sambil menaruh dagunya di kepala perempuan tersebut.

"Gue juga sebenarnya gak mau nukar." Bisik Bara sepelan mungkin.

"Dia minta tukar tempat duduk. Dia pengen di sebelah lo. Dia pengen baikan sama lo." Jawab Bara sambil menghapus air mata Abel. Ia menatap wajah Abel yang terlihat kacau.

"Kalau gue bisa, ya gue bakal nolak permintaan dia. Sayangnya gue ga bisa, dan gak akan pernah bisa." Batin Bara sambil tersenyum dan merangkul Abel sambil berjalan menuju villa.

F r i e n d s

Bara atau Varo? Wkwkw

Vote yaaa

FRIENDS (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang