18

32 3 0
                                    

Kali ini keempatnya sedang makan siang di salah satu tempat makan yang berada tak jauh dari villa yang mereka tempati. Sambil menunggu makanan mereka datang, keempatnya asyik berbincang-bincang.

"Jadi kan traktirannya?" Tagih Abel sambil menatap Varo yang berada di sebelahnya. Varo mengangguk.

"Ih curang ih. Masa cuma Abel yang ditraktir. Gue nggak?" Tanya Ghea sambil memanyunkan bibirnya. Varo terkekeh melihat tingkah perempuan tersebut.

"Emang gue ada salah apa sama lo? Harus banget gue traktir?"

"Lo tuh banyak dosa sama gue. Traktir ga?" Gerutu Ghea. Varo berdecak.

"Iya deh iya." Jawabnya sambil menatap malas.

Abel hanya tersenyum manis sambil menatap Bara. Tidak tahu mengapa ia hanya ingin melakukannya. Yang ditatap pun salah tingkah. Cowok tersebut menunduk, menyembunyikan pipi merahnya.

"Makasih ya." Bisik Abel sambil memajukan wajahnya mendekati Bara yang berada di hadapannya.

"B-buat?" Cowok tersebut mengadah. Mata mereka bertemu, membuat jantungnya semakin berdegup kencang. Ia bahkan khawatir ketiga temannya dapat mendengar suara detak jantungnya.

Tiba-tiba Varo berdeham keras. Keduanya langsung salah tingkah. Abel memundurkan badannya, bersandar di kursi yang ia duduki. Tak lupa membuang muka, ia tak berani menatap Bara maupun Varo.

"Tenggorokan gue ga enak banget nih. Kayak mau batuk." Ucapnya, tentu saja itu hanya alibi Varo. Ia tidak mau melihat Abel dan Bara berduaan lama-lama, membicarakan hal yang hanya mereka berdua yang tahu.

"Minum gih." Jawab Ghea sambil menyodorkan air mineral yang berada di meja, ia pura-pura tidak tahu maksud Varo. Perempuan tersebut hanya menahan tawa melihat ketiga temannya yang bertingkah aneh.

***

Mereka bertiga kembali menuju ke villa. Rasa lelah telah menghiasi wajah keempatnya. Mereka hanya ingin segera berada di atas tempat tidur masing-masing.

"Cape banget nih?" Tanya Daffa yang muncul entah dari mana sambil memakan es krim vanilla kesukaannya.

"Dingin-dingin gini, Dap?" Tanya Ghea dengan ekspresi heran. Daffa memasang wajah polos sambil mengangkat sebelah alisnya. Anak ini suka sekali es krim vanilla.

"Dapoy emang aneh, udahlah, gue mau ke kamar." Pamit Varo sambil berjalan melawati Daffa. Baru tiga langkah cowok tersebut pergi, ia langsung berbalik dan menatap Bara yang masih setia di samping Abel. Perempuan tersebut sedang mengeluh kekenyangan.

"Ayo Bar, ke kamar." Ajak Varo kepada Bara yang masih terdiam di sana.

"Idih, mau ngapain lo berdua?" Tanya Daffa. Varo mengernyit, sedetik kemudian ia pun tersenyum jahil.

"Mau anu lah."

"Apaan sih geli banget." Jawab Daffa sambil memasang ekspresi jijik. "Lo belok, Bar?" Tanyanya kepada Bara. Bara tampak terkejut mendengar pertanyaan Daffa yang tidak masuk akal.

"Nggak lah anjir. Apaan sih."

"Yaudah sini buruan woi." Suruh Varo lagi. Bara menoleh, melihat Abel yang berada di sebelah kanannya.

"Gue ke dalem dulu ya?" Izinnya kepada Abel. Perempuan tersebut tertegun sejenak, kemudian mengangguk pelan.

"Cie cieee, ada apaan nih? Ijin ijin segala, kayak sama siapa aja sih. Atau jangan-jangan..."

"Sttt, gue udah capek banget tau ga sih?!" Gerutu Varo sambil menatap Daffa kesal. Bisa ditebak sekali anak yang satu ini.

Daffa tersenyum sumringah. Sedangkan Abel dan Ghea terdiam di tempat. Setelah Varo dan Bara pergi, Ghea menyenggol lengan Abel yang sedang menatap punggung kedua cowok tersebut.

"A- eh g-gue pamit ke kamar dulu ya, Dap. Daah." Ucapnya sambil menarik tangan Ghea ke villa perempuan.

F r i e n d s

FRIENDS (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang