Abel menggeram sambil merenggangkan kedua tangan dan kakinya di atas kasur. Perempuan tersebut membuka matanya perlahan lalu mengerjap-ngerjapkannya. Ia menoleh melihat Ghea yang masih tertidur pulas. Kemudian ia terdiam sambil melihat langit-langit kamar dan berpikir tentang apa yang ia lakukan semalam.
"Kok gue bisa sampe sini ya? Bukannya gue kemaren liat bintang? Apa itu cuma mimpi? Tapi ngapain gue mimpiin Bara?" Gumam Abel sambil memegang kepalanya yang terasa pening. Ia pun segera bangkit dan menuju ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melaksanakan sholat subuh.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Abel telah selesai mandi lengkap dengan segala keperluannya sehabis mandi. Perempuan tersebut menepuk-nepuk bahu Ghea, membangunkannya lalu menyuruhnya mandi.
Sayangnya, membangunkan Ghea tidak semudah itu. Ia pun mengguncang-guncang tubuh Ghea. Namun, hasilnya tetap sama. Ghea tidak membuka matanya, bahkan ia memukul Abel karena telah mengganggu tidurnya. Abel tidak mudah menyerah, ia pun segera menggeleng dengan sekuat tenaga hingga air dari rambut basahnya tersebut mengenai wajah Ghea dan membuat cewek tersebut menggeram kesal.
Pada akhirnya Ghea bangun setelah itu mengejar-ngejar Abel dan menggelitikinya hingga Abel sesak napas. Kemudian Ghea pergi ke kamar mandi dengan wajah kesal sambil membawa handuk dan pakaiannya. Abel memegangi perutnya sambil mengatur napasnya yang berantakan setelah tertawa. Setelah keduanya siap, mereka berdua pun keluar menuju ruang makan. Abel dan Ghea mengenakan pakaian yang casual, namun terlihat cute. Apalagi Abel mengepang rambutnya dengan anak rambut yang menjuntai dan Ghea yang mencepol rambutnya.
Ruang makan baru dipenuhi oleh lima orang yang bergerak dengan cekatan untuk menyiapkan hidangan. Abel pun memutuskan untuk membantu mereka menyiapkan sarapan, sedangkan Ghea duduk sambil memejamkan mata karena perempuan tersebut masih sangat mengantuk. Tiba-tiba terdengar suara tawa yang sangat kencang. Abel merasa ia mengenal tawa siapa itu, tujuh orang tersebut menoleh ke sumber suara dan mendapati Varo yang sedang merangkul Bara sambil berjalan tidak karuan.
Abel menatap Bara sambil memberikan tatapan bingung padanya. Namun Bara hanya mengedipkan matanya dua kali. Menyuruh Abel tidak bertanya lagi. Mereka berdua pun duduk, begitu juga Abel dan kelima orang yang tadinya sedang menyiapkan sarapan. Abel sengaja memilih duduk di samping Bara agar dapat bertanya kepada cowok tersebut. Mereka pun memulai sarapannya dengan tenang, terkadang Varo membuat gaduh seperti menjatuhkan garpunya, tidak sengaja memukulkan pisau rotinya ke piring, atau berbicara ngawur yang membuat Abel menggeleng samar.
Abel tahu betul, biasanya kalau Varo sudah seperti itu, berarti moodnya sedang tidak baik. Niat Abel untuk bertanya kepada Bara pun akhirnya ia urungkan setelah tidak sengaja melihat Varo yang sedang menatapnya dengan tajam. Akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan sarapannya.
***
Pagi ini kegiatannya diisi dengan pergi ke kebun teh. Mereka semua tampak menikmati acara tersebut. Ada yang berfoto ria, ada juga yang belajar mengenal tanaman teh kepada petani teh. Abel salah satunya. Cewek tersebut asyik mendengarkan penjelasan petani teh walaupun sedari tadi Ghea sudah menariknya sambil mengajaknya berfoto.
"Bel ayolaahh." Mohon Ghea sambil memberikan tatapan memohon, tak lupa ia juga menarik-narik tangan Abel. Abel menaruh jari telunjuknya di bibir, mengisyaratkan Ghea agar diam. Ghea pun sudah kesal, ia diam sambil melipat kedua tangannya, bibirnya manyun, dan alisnya hampir menyatu. Bukannya seram, ia justru terlihat imut.
"BEL!" Teriak seseorang yang berada jauh di sana. Abel pun menoleh ke arah sumber suara, dan mendapati Bara sedang melambaikan kedua tangannya. Cowok tersebut menyuruh Abel menghampirinya. Ia melihat Ghea, meminta persetujuan.
"Ayolahhh, please." Ucap Ghea, lagi-lagi dengan tatapan memohon miliknya. Akhirnya Abel pasrah, lalu meminta izin kepada petani teh dan teman-temannya yang berada di situ.
"Apa, Bar?" Tanyanya saat berada di depan Bara. Bara tersenyum.
"Ayo, foto bareng!" Serunya sambil menarik jari-jemari Abel. "Sama Varo juga."
"AYO!" Jawab Ghea dengan penuh semangat. Bara pun tersenyum lalu melirik Abel. Sambil menghela napas panjang, Abel pun akhirnya mengangguk setuju. Akhirnya mereka berempat pun berfoto ria dengan berbagai gaya yang lucu.
Setelah berfoto, Varo pun menyenggol Abel sambil nyengir kuda. Sedangkan Abel masih menatapnya dengan tatapan malas.
"Udahan napa, Ra. Gue ga tahan lu diemin mulu."
"Ya lo yang salah."
"Iya gue minta maaf. Gue juga ga sadar waktu itu." Abel hanya diam. "Maafin gue ya?" Ucap Varo sambil memegang kedua tangan sahabatnya.
"Udah maafin aja, Bel." Suruh Ghea yang berdiri di samping Bara. Abel pun mengedarkan padangannya, malas menatap Varo.
"Gue janji dehhh bakal traktir lo abis ini. Lo boleh beli apa aja sepuasnya." Lanjut Varo dengan tatapan memohon. Abel melirik laki-laki yang berada di hadapannya.
"Bener ya!?" Tanya Abel sambil menunjuk wajah Varo. "Janji?" Abel mengulurkan jari kelingkingnya, agar janji Varo dapat ia pegang. Varo pun mengikut saja. Sedangkan Ghea tersenyum gemas dan Bara hanya mengulas senyum samar sambil memasukkan kedua tangannya di kantong hoodie miliknya.
"Iyaa, janji."
F r i e n d s
Heyyoo i'm back!! Wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS (Completed)
Novela Juvenil"Menurut gue, ga ada namanya sahabat diantara cewek sama cowok. Gue bener-bener yakin bakal ada perasaan meskipun cuma sedikit." Ucap Bara sambil menatap bintang-bintang di langit yang semakin indah jika dipandang dari sini. Abel menoleh sambil meng...