Kelas 3-1 begitu ribut saat Blaze kembali ke kelas. Dengan wajah tegang dan antusias ia menceritakan apa yang baru mereka lihat. Meluapkan perasaannya saat bertatap muka langsung dengan orang yang baru ditemuinya. Rai tidak menanggapi dan hanya berjalan ke tempat duduknya.
"Benar apa yang dikatakan Blaze?" tanya perempuan yang duduk di atas mejanya dengan rambut sedikit terkucir di atas.

Blaze masih berapi-api bercerita pada teman-temannya yang berkerumun di depan.
"Dia hanya melebihkan." Raiko menatap kerumunan itu dengan berpangku dagu.
"Hei, seperti apa rupanya, ha?" tanya satu perempuan lain di belakangnya penasaran.
"Dia ... seperti kalian."
"Eee? Jawaban apa itu? Badannya besar, hidungnya panjang atau giginya berantakan, berjubah hitam, memiliki mata yang menakutkan, jabarkan seperti itu dong."
Raiko menegakkan badannya. "Guru datang."
Melihat kehadiran guru, mereka berdua kembali ke posisinya dan anak-anak yang berkerumun di depan otomatis bubar dan kembali ke tempat duduk masing-masing. Dengan wajah yang tertekuk dan suram Nenita Dolphara, salah satu guru yang menentang Vara diterima menghela nafas dalam di depan mejanya. Seorang murid di barisan tengah mengangkat tangan.
"Guru, apa benar disini ada Bearer of..."
"DEATH!" Tatapannya mengarah tajam padanya. "Paniya, dari mana kau dengar itu!?"
Melihat tatapan menakutkan gurunya itu secepat kilat tangannya menunjuk Blaze.
"Eeh?" Blaze mengalihkan pandangan pada Nenita. "Ah, itu ... tadi ... berpapasan di depan papan pengumuman."
Nenita menghela nafas sekali lagi. "Berita mudah tersebar ya ..., kalian tak perlu memikirkan hal itu. Tugas kalian fokus pada pelajaran, jadi jangan sampai selama pelajaran terdengar suara membicarakannya mengerti!?"
Mereka semua diam menatap lurus ke depan.
"Diam berarti mengerti, sekarang buka buku kalian!"
~~
Semua kelas mulai melanjutkan kegiatan mereka. Kelas berjalan biasa seperti di hari-hari sebelumnya. Dari pelajaran olah raga kelas 4 yang begitu menguras keringat dengan Kaloy, pelajaran kimia kelas 2-1 di kebun sekolah dengan Zophani, pelajaran bahasa yang menyenangkan di kelas 5 dengan Laya dan ujian mendadak matematika dari Braino untuk kelas 6 yang dijaga oleh kucingnya yang lain.
Angin berembus semilir membawa aroma tanah yang basah karena hujan. Dahan-dahan pohon bergerak-gerak merontokkan sisa air hujan. Bangku panjang di lapangan terlihat basah dengan bulir-bulir air yang masih menempel. Dua orang berjalan di lorong sekolah menuju aula.
"Tentang orang yang kau cari, mungkin kau tak akan melihatnya dalam waktu dekat. Dia tak ada di sekolah sekarang ini."
Vara mensejajarinya dan menoleh.
"Dia ... kau tahu, yah ... mengelana selama musim dingin. Dia hanya di sekolah ini ketika musim panas. Mengajar hanya di musim panas, itu pun kalau tak malas mengajar."
Sampai di depan pintu Brain menghadap Vara. "Kau tak ingin melepas mantelmu dulu?"
Sadar dirinya masih memakai mantel ia melepasnya. Brain mendorong pintu dengan kedua tangan. Begitu terbuka aula dipenuhi suara anak-anak yang menjalankan tugas dari gurunya. Bola memantul dimana-mana. Salah satu bola dari anak kelas 4 itu tersenggol punggung temannya yang mundur dan mengelinding ke arah pintu. Anak berambut pirang bergelobang berjalan mengejar bola. Mata Vara mengikuti bola yang berjalan ke kakinya, mengambilnya. Anak dengan celana olah raga yang dinaikkan di bawah lutut itu menghampiri untuk meminta bola. Mata mereka bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEARER OF DEATH
ФэнтезиMakhluk hidup yang membahayakan nyawa manusia. Kupu-kupu yang hidup di dalam tubuh seorang gadis remaja yang menjadikan ia dikenal dengan sebuatan Bearer of Death, si pembawa kematian. Karena suatu alasan di masa kecil jiwa mereka menjadi satu. Var...