Bim yang keluar dari perpustakaan bersenggolan dengan bahu Vara. Ia hanya melihatnya tanpa mengatakan apa-apa karena ia sudah tau siapa perempuan yang menghalanginya malam itu. Setelah menoleh sekilas, Vara meneruskan jalan menyusul teman-teman sekelas yang lebih dulu menuju ke aula pertarungan, tak memperdulikannya karena ia juga tak merasa kenal.
"Tak kusangka dia yang dibicarakan anak-anak," ujar si gempal.
"Kudengar dia sekelas dengan Joy," ujar bocah di sampingnya.
"Kita yang akan dirugikan jika berurusan dengannya lagi, jadi jangan dekat-dekat dengannya," Bim merogoh kantongnya. "Kayaknya ponselku tertinggal, kalian masuk duluan aja, izinkan aku!" Ia berbalik masuk ke perpustakaan.
"Oke!"
***
Tangan Ayako langsung menyambar kain di kepala Vara saat duel dimulai. Joy langsung menampar lengannya. Ayako membalas menendang lutut belakangnya. Ia terjatuh dengan satu kaki. Rai menjegal kaki Vara juga, membuatnya hilang keseimbangan. Tangannya tak menyia-nyiankan kesempatan dan menyambar kain itu, tapi Joy langsung menariknya menjauhi Rai dan melakukan tendangan ke atas, membuat mereka menghindar mundur. Respeknya begitu cepat.
"Kak, jika kau bisa melawan mereka lawan saja, jangan hanya diam, aku sudah membicarakan strategiku tadi, jadi kakak hanya perlu mendukungku saja," ujar Joy tanpa mengalihkan pandangan dari lawan.
Vara mengernyitkan alisnya, merasa lehernya mulai sakit. 'Aku tak boleh berlama-lama di sini.'
Ayako dan Rai mulai bergerak lagi. Joy juga menarik Vara maju.
"Kak, kita lakukan yang itu."
Vara sama sekali tak mendengarkannya, fokusnya terpecah. Tepat di jarak dua meter Joy tiba-tiba mengangkat tubuh Vara, menendangkan kakinya ke mereka. Vara terkejut menyadari tubuhnya melayang menatap Joy. Sepatu Vara yang entah kotor atau bersih itu melayang tepat di depan wajah mereka. Hampir saja kepala mereka menjadi sasaran. Mereka berdua berputar seperti menari.
Kaki kiri joy naik ke atas menendang lurus ke bawah, berusaha memutus tangan lawannya yang berkaitan. Mereka mundur dengan cepat dan Rai langsung menangkap kakinya, menarik kuat ke samping kirinya. Begitu Vara melewatinya Ayako meraih kainnya dari belakang. Vara langsung mencekal tangannya dan menoleh, mata mereka saling menatap satu sama lain. Aliran kekuatan keluar dari tangannya, membuat Ayako melepaskan genggaman.
Gadis dengan rambut terurai itu menatap tak percaya. "Dia hampir mengeluarkan senjataku."
"Meski dia kelihatan tak tertarik dengan pertandingan ini, tetap berhati-hatilah. Dia cepat dalam menguasai teknik."
Ayako melirik saudaranya sekilas dan kembali fokus pada lawannya, tapi sebelum Vara kembali menyerang lagi suara dentuman besar menggelegar dari atas gedung mereka. Seketika empat orang itu berhenti, terperanjat dengan kerasnya suara ledakan. Teman-temanya yang dari tadi tegang melihat pertandingan mereka, juga terkejut mendengar suara yang mengaketkan seluruh penghuni sekolah dalam menjalankan aktifitas pelajaran.
Kaca dan puing-puing kayu bertaburan jatuh di depan pintu aula mereka yang terbuka lebar. Dengan sigap Zoyamo berlari keluar, melongok ke atas diikuti beberapa siswa. Sebuah ruangan dari gedung sekolah utama itu mengeluarkan api dari empat jendelanya, ruang perpustakaan. Beberapa anak lain melihat dari kaca atap aula, tak berani melihat keluar.
"Ayako!" teriak Zoyamo.
"Baik guru!" tanpa diperintakkan lebih lanjut ia paham maksud gurunya.
Tanpa menunggu, Zoyamo berlari menuju tempat kejadian.
"Sebelum apinya padam kalian tak boleh ke mana-mana dan tetap di sini, dan jangan dekat-dekat pintu itu! Mengerti?!" Seru Ayako tak perlu mendengar jawaban mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEARER OF DEATH
FantasyMakhluk hidup yang membahayakan nyawa manusia. Kupu-kupu yang hidup di dalam tubuh seorang gadis remaja yang menjadikan ia dikenal dengan sebuatan Bearer of Death, si pembawa kematian. Karena suatu alasan di masa kecil jiwa mereka menjadi satu. Var...